Bila Anak Disengat Lebah..

“Anak saya disengat lebah, apa yang harus dilakukan? Bahayakah sengatan lebah? Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang pasti ada di benak orang tua bila anaknya disengat lebah.

Lebah merupakan serangga yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan kita sehari-hari. Lebah dapat menyengat dan sengatannya memiliki pengaruh tertentu. Anak-anak yang banyak bermain di luar rumah rentan mendapat sengatan lebah. Sering kali, orang tua menjadi panik dan khawatir ketika anak disengat oleh lebah.

Sengatan lebah ada yang membutuhkan pertolongan medis segera dan ada yang tidak. Sebelum anak mendapat pertolongan di rumah sakit atau pusat kesehatan, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua.

 

Apa yang harus dilakukan ?

Yang pertama-tama dapat dilakukan orang tua adalah mengevaluasi luka bekas sengatan lebah terlebih dahulu. Umumnya bekas sengatan lebah akan membentuk dome disertai dengan area merah kehitaman di sekitarnya. Efek tersebut umumnya bersifat lokal di area bekas sengatan lebah.

Tidak jarang lebah meninggalkan sengatnya di area bekas sengatan. Pada sengat tersebut biasanya terdapat kantung yang berisi enzim. Bila digosok secara sembarang, kantung tersebut dapat pecah dan melepaskan enzimnya keluar. Enzim tersebut dapat menyebabkan peradangan yang meluas sesuai dengan area kulit yang digosok. Sebaiknya, bila masih terdapat sengat, orang tua dapat mencabut sengat tersebut dengan pinset atau jarum. Setelah itu, luka bekas sengatan dapat didinginkan untuk mengurangi nyeri.

Lebih lanjut, orang tua dapat membawa anaknya ke rumah sakit atau pusat kesehatan terdekat. Obat-obatan yang umumnya diberikan oleh dokter berupa obat anti nyeri dan obat oles yang mengandung steroid. 

Apakah terapi tradisional seperti menggunakan daun bunga papaya, baking soda, pasta gigi dan lain-lain dapat digunakan ? Ternyata penggunaan terapi tradisional tersebut tidak dianjurkan. Terapi tradisional yang beredar di masyarakat masih belum terbukti secara klinis dan belum ada penelitian untuk mengetahui khasiatnya. Bahkan menggunakan terapi tradisional untuk mengobati sengatan lebah berbahaya karena kita tidak tahu apakah bahan yang dipakai steril atau tidak. Bila kita mengoleskan bekas luka dengan bahan yang sembarang, justru dapat menimbulkan infeksi, memperberat luka, dan mengakibatkan penyembuhannya semakin lama.

Tanda Bahaya

Walaupun sebagian besar efek sengatan lebah tergolong ringan, terdapat beberapa tanda bahaya yang harus diwaspadai oleh orang tua. Orang tua harus segera membawa anaknya ke rumah sakit, bila pada luka bekas sengatan lebah terdapat bengkak yang meluas, suara anak berubah menjadi lebih berat dan anak tampak kesulitan bernapas. Namun, hal ini jarang terjadi di Indonesia. Efek yang lebih berat akibat gigitan serangga lebih banyak dialami di daerah subtropis. Selain itu, anak yang alergi terhadap gigitan serangga lebih rentan mengalami efek yang lebih berat akibat sengatan lebah. Anak yang mengalami reaksi alergi hebat (lebih dikenal sebagai anafilaksis) akan memerlukan pengobatan dengan segera dan pemantauan di ruang rawat untuk mencegah reaksi anafilaksis berulang.

Pencegahan

Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah sengatan lebah pada anak-anak? Di luar negeri, risiko mengalami sengatan lebah di rumah lebih kecil. Hal ini dikarenakan di negara maju umumnya terdapat kebijakan/aturan mengenai serangga di sekitar rumah. Bila pada satu rumah terdapat serangga atau lebah, pemilik rumah tidak boleh menyingkirkan serangga atau lebah itu sendiri. Mereka harus menghubungi petugas pengawas lingkungan atau pengendali serangga. Setelah itu, petugas akan dating ke rumah, mengidentifikasi serangga atau lebah, dan membersihkan rumah dari serangga atau lebah dengan metode yang sesuai. Indonesia masih belum memiliki policy tersebut. Yang dapat dilakukan orang tua adalah menutup akses masuk serangga atau lebah, sehingga kemungkinan terkena sengatan lebah juga berkurang.

 

Penulis    : Dr.Anthony Christian

Reviewer : Dr. Nia Kurniati Sp.A(K)

                   Ikatan Dokter Anak Indonesia

*Artikel ditulis oleh dr.Anthony Christian, berdasarkan wawancara dengan Dr. Nia Kurniati Sp.A(K). dari Divisi Alergi Imunologi Dept. Ilmu Kesehatan Anak FKUI –RSCM 

 

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.