-
Dengan pemberian ASI Eksklusif dapat menyumbang sekitar 302 Milyar USD tiap tahunnya pada pemasukan ekonomi dunia. Hal ini tentu saja sesuai dengan tujuan SDGs nomor 1, 8, dan 10 yaitu menghapus kemisikinan, pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi ketidakadilan di dalam dan di antara negara- negara.
-
Menyusui merupakan sumber nutrisi terbaik dengan komposisi bioaktif yang dapat meningkatkan status kesehatan ibu dan anak, hal ini sejalan dengan tujuan SDGs nomor 2 dan 3 yaitu penanggulangan kelaparan, masalah kesehatan dan kesejahteraan.
-
Bayi yang mendapatkan ASI dengan standar emas makanan bayi terbukti memiliki IQ lebih tinggi dan performa lebih baik sehingga memiliki pekerjaan dan penghasilan yang layak, sehingga tentu saja berkesinambungan dengan tujuan SDG nomor 4 yaitu menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas.
-
Pemberian ASI eksklusif dapat membantu persamaan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan dalam pengasuhan anak sesuai dengan tujuan SDGs nomor 5 yaitu kesetaraan gender.
-
Dengan menyusui pula dapat menekan pengeluaran untuk membeli kebutuhan susu formula, sehingga lebih hemat dan ramah lingkungan, sejalan dengan tujuan SDGs nomor 12 yaitu konsumsi yang bertanggung jawab.
Praktek pemberian ASI yang optimal
- Mulai menyusu dini dalam satu jam pertama setelah bayi lahir (IMD). Berdasarkan penelitian IDAI tahun 2011, ditemukan sebagian besar sudah meletakkan bayi di dada ibu segera setelah kelahiran. Namun umumnya (87%) bayi hanya diletakkan dengan durasi kurang dari 30 menit, padahal IMD yang tepat harus dilakukan minimal 1 jam atau sampai bayi mulai menyusu.
- Menyusu eksklusif selama enam bulan pertama dari hidup bayi (ASI eksklusif). Angka ibu yang pernah menyusui di Indonesia sudah tinggi yaitu 90% namun yang memberikan secara eksklusif selama 6 bulan masih rendah (20%).
- Terus menyusui sampai dua tahun atau lebih dengan makanan pendamping ASI yang tepat.
Beban dari tidak menyusui di Indonesia
1 . Bertambahnya kerentanan terhadap penyakit (baik anak maupun ibu)
Dengan menyusui, dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi premature dapat berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga dapat menurun 6-10%.
2 . Biaya kesehatan untuk pengobatan
Dengan mendukung ASI dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia sehingga biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya.
3 . Kerugian kognitif - hilangnya pendapatan bagi individual
ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena memiliki fungsi kecerdasan tinggi. Tentunya hal ini akan meningkatkan potensi mendapatkan penghasilan yang lebih optimal. Tahukah anda dengan peningkatan IQ dan pendapatan per kapita, negara dapat menghemat 16,9 triliun rupiah?
4 . Biaya susu formula
Di Indonesia, hampir 14% dari penghasilan seseorang habis digunakan untuk membeli susu formula bayi berusia kurang dari 6 bulan. Dengan ASI eksklusif, penghasilan orangtua dapat dihemat sebesar 14%.
Bagaimana cara mendukung ASI?
Terbukti ibu yang didukung untuk menyusui, 2,5x akan lebih sukses dalam memberikas ASI. Dukungan untuk menyusui harus diberikan oleh semua pihak meliputi, pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat dan media.
Pemerintah dapat mendukung ASI dengan memberikan kebijakan hak cuti melahirkan, menggalakkan penerapan kode internasional untuk pemasaran produk pengganti ASI, dan memperkuat sistem layanan kesehatan. Beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di antaranya adalah menjelaskan manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada ibu hamil, membantu ibu menyusui segera setelah melahirkan, mengajarkan ibu cara menyusui, dan menjaga agar terus menyusui, walau terpisah dari bayinya, dan tidak memberi makanan atau minuman selain ASI, kecuali ada indikasi medis. Dalam masyarakat, membentuk kelompok pendukung ASI juga dapat membantu kesuksesan ASI eksklusif.
Penulis : Dr. Siti Rayhani Fadhila, BMedSc (Hons.) dan Dr. Lina Ninditya
Reviewer : Dr. Yovita Ananta, Sp.A, IBCLC, MHSM
*Artikel ditulis berdasarkan presentasi oleh Dr. Yovita Ananta, IBCLC, MHSM berjudul Dampak dari Tidak Menyusui di Indonesia pada Pekan ASI IDAI, 16 Agustus 2016.