Bedanya ‘Gumoh’ dan Muntah pada Bayi

Gumoh (spitting up atau gastroesophageal reflux) merupakan keluarnya sebagian susu saat atau setelah bayi menyusu. Gumoh sering ditemui pada bayi sampai usia 1 tahun dan merupakan hal yang normal terjadi. Volume susu yang mengalir keluar dari mulut bervariasi, umumnya 1 – 2 sendok makan. Bayi yang mengalami gumoh terlihat aktif, nyaman, mengalami peningkatan berat badan yang baik, dan tidak mengalami gangguan pernapasan. Sebagian besar episode gumoh pada bayi sehat berlangsung <3 menit, terjadi setelah makan, dan tidak bergejala atau berkaitan dengan gejala ringan.

Menurut data di Indonesia, angka kejadian gumoh selama 2 bulan pertama kehidupan bayi lebih tinggi dibanding negara lain. Menurut data ini, 25% bayi Indonesia mengalami gumoh >4 kali selama bulan pertama dan 50% bayi mengalami gumoh 1 – 4 kali per hari sampai usia 3 bulan. Sekitar 30% ibu di Indonesia mengalami kecemasan mengenai gumoh, dimana kecemasan lebih berkaitan dengan frekuensi (66%) dibanding volume gumoh (9%). Selain kecemasan mengenai frekuensi gumoh, orang tua juga mengeluhkan gejala yang menyertai gumoh seperti menangis atau rewel.

Gumoh terutama terjadi karena ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil (seukuran bola pingpong) dan katup lambung yang belum kuat. Sampai usia 4 bulan, lambung bayi hanya dapat menampung susu dalam jumlah kecil setiap kali minum. Volume susu yang terlalu banyak akan menyebebakan gumoh. Katup lambung bayi juga belum dapat menutup dengan erat sehingga susu yang sudah berada dalam lambung dapat mengalir kembali ke mulut jika volume susu terlalu besar atau jika bayi langsung berbaring setelah minum. Gumoh umumnya terjadi saat bayi minum susu terlalu banyak, saat bersendawa, atau menelan banyak udara. Bayi dapat menelan banyak udara jika minum terlalu cepat atau saat menangis.

Gumoh hanya perlu dibersihkan dengan kain bersih untuk mencegah iritasi kulit dan tidak memerlukan pengobatan khusus. Gumoh akan berkurang dan menghilang saat bayi mencapai usia 18 – 24 bulan, yaitu saat ukuran lambung lebih besar dan katup lambung lebih kuat.  Namun, jika gumoh disertai gangguan napas (tersedak, batuk, atau bunyi napas yang tidak biasa), lebih banyak dari 2 sendok makan setiap kali gumoh, atau berat badan bayi yang sulit naik, maka bayi sebaiknya dibawa berobat ke dokter anak. Gumoh sering ditemui pada bayi namun jarang menyebabkan komplikasi seperti radang saluran cerna atas (esofagitis), yaitu sekitar 5%.

Untuk mencegah gumoh, setelah minum susu posisikan bayi tegak selama 30 menit, pastikan bahwa tidak ada yang menekan bagian perut bayi, dan sendawakan bayi. Jangan paksakan bayi untuk minum susu lebih banyak dari yang diinginkan.

Meskipun normal, cukup banyak orang tua yang khawatir dan sulit membedakannya dengan muntah. Berbeda dengan gumoh dimana susu mengalir dengan sendirinya, saat muntah bayi tampak mengalami usaha untuk mengeluarkan susu. Bayi yang muntah tampak mengedan, tidak nyaman atau rewel. Sebagian besar muntah bayi merupakan hal yang abnormal. Muntah dapat merupakan gejala tanda penyakit refluks (gastroesphageal reflux disease), sumbatan usus, infeksi telinga, infeksi usus, infeksi paru, radang otak, atau alergi protein. Jika refluks isi lambung menyebabkan gejala dan/atau komplikasi, maka disebut sebagai gastroesophageal reflux (GERD). Pada GERD, gumoh atau muntah berkaitan dengan penurunan berat badan, rewel, menangis terus – menerus, penolakan makan, atau gangguan napas kronik. GERD memerlukan pemeriksaan khusus dan pengobatan oleh dokter.

Kecemasan orang tua dan peningkatan berat badan yang kurang baik berkaitan dengan muntah atau gumoh berlebihan, namun kejadian keluhan ini jarang terjadi. Muntah yang sering, banyak, disertai gejala lain (mencret, demam, kembung), berwarna kuning atau hijau, atau menyemprot memerlukan pemeriksaan oleh dokter. Muntah yang sering dapat menyebabkan dehidrasi. Gejala bayi yang dehidrasi antara lain mata tampak cekung, tidak ada air mata saat menangis, kulit kering, mulut kering, tampak lemas atau rewel, dan urin berkurang.

Jika bayi muntah, usakahan agar bayi tetap mendapatkan asupan cairan seperti susu atau oralit. Berikan cairan sedikit – sedikit atau sering. Namun jika bayi tidak mau minum, muntah setiap kali minum, atau terdapat tanda dehdrasi, segera bawa bayi ke dokter.

Penulis     : Dr.Natharina Yolanda

Reviewer : Dr.Badriul Hegar,Sp.A(K),Ph.D

                 Ikatan Dokter Anak Indonesia

 

Sumber     

  1. WebMD.Why Your Baby Spits Up and Vomits.http://www.webmd.com/parenting/baby/spitting-up
  2. Hegar B,Vandenplas Y.Gastroesophageal reflux:natural evolutin, diagnostic approach and treatment. The Turkish Journal of Pediatrics.2013;55:1-7
  3. Family Health Service.Why Does My Baby Regurgitate Milk?http://www.fhs.gov.hk/english/health_info/faq/child_health/CC1_3_1_5.html
  4. NHS Choice.Reflux in Baby.http://www.nhs.uk/conditions/reflux-babies/Pages/Introduction.aspx

 

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.