Sudah tidak asing lagi bila kita melihat berbagai salon spa khusus bayi bermunculan. Maraknya fenomena baby spa memang terasa sejak beberapa tahun belakangan, terutama di kalangan masyarakat urban. Berbagai aktivitas menarik, baik untuk bayi maupun ibu gencar ditawarkan, sehingga mendorong ibu untuk membawa bayinya mengikuti perawatan spa. Namun, sejauh manakah manfaat baby spa? Apakah baby spa hanya sekedar tren?
Mengenal istilah baby spa
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai manfaat baby spa, mari mengenal sekilas mengenai arti kata spa. Kata spa merupakan nama suatu kota di Belgia yang sejak abad ke-14 terkenal dengan sumber air panas yang dipakai untuk pengobatan. Spa juga merupakan akronim dari bahasa Latin sanitas per aqua, yang berarti air untuk kesehatan.1 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa spa awalnya merupakan terapi yang dilakukan dengan mandi atau berendam.
Dalam perkembangannya, aktivitas spa tidak semata-mata mencakup perawatan mandi saja, tetapi juga mencakup perawatan lain, seperti pemijatan tubuh. Spa kini juga tidak terbatas hanya bagi orang dewasa, mengingat bayi dan anak pun dapat mengikuti program spa di salon spa khusus. Idealnya, seluruh aktivitas untuk bayi dilakukan di bawah pengawasan terapis terlatih.
Rahasia di balik pijat bayi
Pada umumnya, baby spa diawali dengan tahap pemijatan. Menurut The American Massage Therapy Association, pijat bayi dapat dilakukan dengan memegang, menggerakkan, dan/atau memberi tekanan pada tubuh.2 Secara ilmiah, pijat bayi terbukti bermanfaat dalam beberapa hal berikut ini.
- Pijat bayi dan peningkatan berat badan
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stimulasi pijat berkaitan erat dengan peningkatan berat badan anak. Dalam suatu studi oleh Field dkk, bayi prematur yang diberi stimulasi pijat menunjukkan kenaikan berat badan per hari 47% lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak diberi stimulasi.3 Pijat bayi diduga berpengaruh pada peningkatan aktivitas sistem saraf vagal dan motilitas (pergerakan) lambung yang menyebabkan penyerapan nutrisi menjadi lebih efisien dan berat badan meningkat.4 Menariknya, efek pijat tersebut lebih besar ketika menggunakan minyak, seperti minyak kelapa (coconut oil), dan minyak bunga matahari (sunflower oil). Para ahli menduga hal ini disebabkan oleh penyerapan minyak ke permukaan kulit.5
- Pijat bayi dan perkembangan anak
Manfaat pijat bayi, terutama yang prematur, terhadap perkembangan di kemudian hari telah banyak dibuktikan. Bayi yang dipijat cenderung lebih matang, baik dari segi motor, orientasi, maupun perilaku. Bayi prematur yang dipijat dengan kekuatan sedang juga lebih jarang rewel, menangis, maupun menunjukkan perilaku stres lainnya.4
- Pijat bayi dan perbaikan pola tidur
Bayi yang mendapat terapi pijat umumnya lebih aktif, sadar (alert) dan menghabiskan jam tidur lebih sedikit. Suatu studi terhadap bayi prematur yang dipijat hingga usia 8 bulan menunjukkan bahwa pijat bayi meningkatkan kualitas tidur dan membuat bayi lebih sedikit terbangun saat jam tidur.6
- Pijat bayi dan kesehatan kulit
Manfaat pijat bagi kulit bayi didapatkan bila dilakukan menggunakan minyak. Pemberian minyak membantu menstabilkan suhu bayi dan mencegah hilangnya panas melalui kulit. Hal ini umumnya lebih bermanfaat bila dilakukan pada bayi prematur yang cenderung mudah mengalami hipotermia (suhu tubuh di bawah normal). Pemakaian minyak juga terbukti dapat memperbaiki tekstur kulit karena dapat mengangkat sel kulit mati dan mencegah kulit menjadi kering dan pecah-pecah.4
- Pijat bayi dan proses bonding
Dalam suatu studi yang melibatkan 52 bayi di Korea Selatan, dibuktikan bahwa interaksi ibu-anak yang melakukan pijat bayi lebih baik dibandingkan kelompok ibu yang tidak melakukan pijat bayi. Melalui pijat bayi, ibu diberi kesempatan untuk mengenal bayi lebih dekat, dan membangun kelekatan (bonding). Dengan demikian, ibu dapat mengerti dan menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan bayi.7
Terapi air: sedikit bukti ilmiah
Terapi air atau water therapy dikenal dengan berbagai istilah, antara lain hydrotherapy, water flotation, atau aquatic physical therapy. Dalam terapi air, bayi diajak untuk berendam dalam bak kecil dengan tubuh, terutama bagian leher disangga pelampung. Bayi kemudian bebas menggerakkan lengan dan tungkainyanya, menyerupai keadaan di dalam kandungan. Para ahli menduga bahwa saat menendang-nendang dalam air, gelombang air akan menstimulasi bayi untuk melatih keseimbangan dan kemampuan koordinasi. Hal ini lalu dihubungkan dengan perkembangan kemampuan untuk merangkak, berjalan dan berenang di kemudian hari.
Sayangnya, bukti ilmiah terapi air masih sedikit dan umumnya merupakan penelitian pendahuluan dengan jumlah subyek yang minim. Studi pendahuluan pada 12 bayi prematur yang mendapat terapi air (aquatic physical therapy) selama 10 menit memperlihatkan bahwa bayi memperoleh kualitas tidur yang lebih baik, cenderung lebih rileks dan lebih dapat mentolerir nyeri.8 Penelitian pendahuluan lain pada bayi usia 7-9 bulan di Brasil tahun 2013 dengan jumlah sampel 12 subyek, 6 kontrol dan 6 intervensi, menunjukkan bahwa perkembangan motorik bayi yang dilatih berenang 40 menit sekali seminggu selama 4 bulan lebih baik dibandingkan yang tidak distimulasi.9 Namun, karena jumlah sampel kecil (12 bayi), hasil tidak bermakna secara statistik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan mekanisme dan manfaat berenang terhadap tumbuh kembang anak.
Apakah terapi air sama dengan berenang? Terapi air meliputi gerakan/latihan saat berada di dalam air yang suhu lebih hangat daripada suhu air di kolam renang biasa yaitu antara 35-360 C. Berenang adalah upaya mencegah tenggelam saat berada dalam air.10
Terkait hal di atas, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan pernyataan bahwa pada bayi di bawah 1 tahun, tujuan berendam adalah sebatas memberikan kesenangan dan meningkatkan ikatan antara bayi dan orangtua. Belajar berenang tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 1 tahun.11 Pada tahun 2000, AAP juga mengeluarkan rekomendasi bahwa program renang pada anak sebaiknya dimulai setelah usia 4 tahun. Tanpa pelatihan khusus, bayi umumnya memperlihatkan gerakan renang rudimenter, seperti dog paddle saat berada dalam air. Namun, kemampuan berenang yang kompleks baru dapat dicapai ketika perkembangan motor anak mencapai tahap usia 4-5 tahun. Apabila diajari berenang lebih dini, waktu yang diperlukan untuk menguasai gerakan ternyata lebih lama dibandingkan dengan anak yang dilatih berenang di atas usia 4 tahun.12
Bagi anak di bawah 3 tahun, World Aquatic Babies and Children Network merekomendasikan bahwa pada saat berenang, orangtua harus ikut, dan menciptakan suasana yang gembira bersama anak. Latihan berenang juga perlu didukung oleh pelatih yang penyayang, terlatih secara khusus dan berpengalaman. Pelatih harus menguasai perkembangan anak, prosedur keamanan dalam air dan pertolongan pertama pada kecelakaan. Satu guru mengajari satu anak. Orangtua harus melaporkan terlebih dahulu bila anaknya memiliki kondisi kesehatan khusus, agar mendapat perhatian dan penanganan khusus bila diijinkan bergabung. Suhu air yang dianjurkan adalah 31-340C. Lama latihan bagi pemula maksimal 30 menit. Dalam latihan menahan napas, kepala anak hanya boleh berada di bawah permukaan air selama 1-3 detik, dan kurang dari 6 kali setiap latihan. 13
Kesimpulan
Secara umum, baby spa bermanfaat dalam menciptakan rasa senang dan meningkatkan ikatan bayi dan orangtua. Pijat bayi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi serta hubungan ibu-anak. Bukti pendahuluan menunjukkan terapi air atau berenang bermanfaat dalam pertumbuhan dan perkembangan. Selain memperhatikan aspek rekreasi bagi si kecil, aspek keamanan saat terapi air juga perlu diutamakan. Terapi air harus dilakukan di bawah pengawasan orangtua dan pelatih berpengalaman. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat terapi air/berenang pada bayi, apakah memang diperlukan di samping pijat bayi, ataukah pijat bayi saja sudah cukup untuk menggantikan seluruh manfaat terapi air/berenang. Kita tunggu perkembangan selanjutnya.
Referensi
- van Tubergen A, van der Linden S. A brief history of spa therapy. Ann Rheum Dis.2002;61:273-5.
- Leonard J. Exploring neonatal touch. The Wesleyan Journal of Psychology.2008;3:39-27.
- Field TM, Schanberg SM, Scafidi F, Bauer CR, Vega-Lahr N, Garcia R, et al. Tactile/ kinesthetic stimulation effects on preterm neonates. Pediatrics. 1986;77(5):654-8.
- Kulkarni A, Kaushik JS, Gupta S, Sharma H, Agrawal RK. Massage and touch therapy in neonates: the current evidence. Indian Pediatr. 2010;47(9):771-6.
- Arora J, Kumar A, Ramji S. Effect of oil massage on growth and neurobehavior in very low birth weight preterm neonates. Indian Pediatr.2005;42(11):1092-100.
- Kelmanson IA, Adulas EI. Massage therapy and sleep behaviour in infants born with low birth weight. Complement Ther Clin Pract 2006; 12: 200-205.
- Lee HK. The effects of infant massage on weight, height, and mother-infant interaction. Journal of Korean Academy of Nursing. 2006 Dec;36(8):1331-9.
- Vignochi CM, Teixeira PP, Nader SS. Effect of aquatic physical therapy on pain and state of sleep and wakefulness among stable preterm newborns in neonatal intensive care units. Rev Bras Fisioter. 2010 May-Jun;14(3):214-20.
- Dias JA, Manoel Ede J, Dias RB, Okazaki VH. Pilot study on infant swimming classes and early motor development. Percept Mot Skills. 2013 Dec;117(3):950-5.
- Arthritis Research UK. What is hydrotherapy. Diunduh dari: http://www.arthritisresearchuk.org/arthritis-information/therapies/hydrotherapy/what-is-hydrotherapy.aspx. Diakses 13 Juli 2015
- American Academy of Pediatrics. Infant swimming. Diunduh dari https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/at-play/Pages/Infant-Swimming-Video.aspx. Diakses 13 Juli 2015.
- American Academy of Pediatrics, Committee on Sports Medicine and Fitness and Committee on Injury and Poison Prevention. Swimming programs for infants and toddlers. Pediatrics. 2000;105:868-70.
- World Aquatic Babies & Children Network. Guidelines on Operation of Aquatic Programsfor Children Under Three Years of Age. Diunduh dari http://www.wabcswim.com /A08 Guidelines ForPrograms.htm. Diakses 19 Juli 2015.
Penulis:
Hartono Gunardi1, Jennie Sutantio2
1Divisi Tumbuh Kembang & Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/ RSCM
2Sekretariat Komite website IDAI