Sulit makan merupakan sebagian besar keluhan orang tua saat datang ke dokter anak. Orangtua masih beranggapan bahwa solusi sulit makan adalah pemberian vitamin/suplemen sehingga mereka seringkali meminta dokter meresepkan vitamin penambah nafsu makan. Permasalahan lain yang sering terjadi yakni anak hanya mau makanan cair/lumat karena sulit mengunyah/menelan, anak langsung menangis atau berlari menjauh saat melihat sendok/piring, menyemburkan makanan serta keterlambatan untuk makan mandiri.
Penyebab sulit makan sangat bervariasi antara lain penyakit/kelainan organik yang mendasari, interaksi biologis dan faktor lingkungan terutama keluarga. Penyebab yang paling banyak dijumpai adalah pemberian nutrisi yang kurang tepat mengenai komposisi makanan, tekstur maupun tatacara pemberiannya.1,2 Indonesia terdiri dari berbagai macam etnik yang memiliki beragam kultur dan tradisi. Perilaku orang tua memegang peranan paling penting dalam praktik pemberian makan pada anak. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya serta adat istiadat orangtua/keluarga itu sendiri. Sebagai contoh anak dipaksa meminum jamu-jamuan yang dipercaya dapat menambah nafsu makan, namun justru menimbulkan trauma mendalam pada psikologis anak yang berakibat semakin sulit makan.
Sulit makan berkepanjangan berakibat menurunnya asupan kalori yang dibutuhkan sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dampak sulit makan pada awalnya berpengaruh terhadap berat badan (tetap/dapat turun) kemudian akan memengaruhi tinggi badan serta status gizi. Pemeriksaan status gizi dilakukan dengan pengukuran antropometri meliputi berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Dilakukan pula pemeriksaan fisik lainnya yakni masalah gigi geligi, mulut, kemampuan menelan atau bila terdapat gangguan neurologis yang mungkin dapat mengganggu proses makan. Berbagai hal yang mengganggu proses makan ini harus dideteksi sedini mungkin dan segera diatasi sesuai penyebab yang mendasarinya.
Apabila anak mengalami kesulitan makan ada beberapa hal yang perlu dilakukan, sesuai dengan feeding rules menurut Bonnin3 yaitu:
Jadwal
o Jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur
o Pemberian makan sebaiknya tidak > 30 menit
o Jangan menawarkan camilan yang lain saat makan kecuali minum
Lingkungan
o Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk makan)
o Siapkan serbet untuk alas makan agar tidak berantakan
o Tidak ada distraksi (mainan, televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan
o Jangan memberikan makanan sebagai hadiah
Prosedur
o Berikan makanan dalam porsi kecil
o Berikan makanan utama dulu, baru diakhiri dengan minum
o Dorong anak untuk makan sendiri
o Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa
o Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan
o Hanya boleh membersihkan mulut anak jika makan sudah selesai
Perilaku banyak orangtua di Indonesia terhadap beberapa hal tersebut masih sangat sulit dilakukan, karena pemahamannya yang masih kurang tepat. Sebagian besar orang tua/pengasuh cenderung membujuk dan menenangkan anak dengan berbagai macam cara supaya anak mau makan, hal ini justru mengganggu konsentrasi makan anak. Bila anak tidak mau makan orang tua seringkali menggantinya dengan susu formula berlebihan. Cara ini mengakibatkan anak selalu kenyang dan semakin sulit mengenal perilaku makan yang benar.
Pencegahan sulit makan sejak dini adalah penerapan aturan makan (feeding behavior) yang tepat mengacu pada feeding rules yang telah dijelaskan di atas.3 Pengenalan makan juga harus memenuhi 4 syarat 2,5 yakni:
§ Tepat waktu disaat ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi.
§ Adekuat dalam memenuhi kandungan gizi sesuai usia bayi.
§ Aman dalam penyajian serta penyimpanannya.
§ Makanan diberikan dengan cara yang benar (properly fed) dengan memperhatikan sinyal lapar dan kenyang seorang anak.
Dengan menerapkan feeding rules diharapkan masalah sulit makan pada bayi dapat teratasi sehingga tumbuh kembang menjadi lebih optimal. Namun, apabila anak tetap sulit makan, maka disarankan untuk berkonsultasi langsung kepada ahli gizi atau dokter spesialis anak terdekat.
Penulis : Dr. Maria Galuh, Sp.A, M.Kes
Reviewer : Dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K)
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Daftar Pustaka
1. Rommel N, DeMeyer AM, Feenstra L, Veereman-Wauters G. The complexity of feeding problems in 700 infants and young children presenting to a tertiary care institution. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. 2003;37(1):75-84.
2. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI. Rekomendasi praktik pemberian makan berbasis bukti pada bayi dan batita di Indonesia untuk mencegah malnutrisi. 2015. H. 37-40.
3. Bernard-Bonnin, A. Feeding problems of infants and toddlers. Can Fam Physician. 2006;52:1247-51.
4. World Health Organization-Pan American Health Organization. Guiding Principles for Complementary Feeding of the breastfed child. Geneva;WHO-PAHO. 2003.
5. WHO. Global strategy for infant and young child feeding. Geneva: World Health Organization. 2003.