Tokoh superhero Batman dan Superman sudah lama sekali ada dan dikenal di kalangan anak-anak. Bahkan ketika kita kecil pun, kedua tokoh pahlawan super ini sudah kerap mewarnai imajinasi kita dalam bentuk film ataupun komik. Tokoh fiksi Batman ini pertama kali muncul sebagai ciptaan Bob Kane dan Bill Finger dari DC Comic pada tahun 1939. Selama bertahun-tahun karakter ini berubah-ubah sedikit demi sedikit, namun memiliki benang merah yang tetap, yaitu manusia biasa yang menggunakan intelegensi dan teknologi untuk menjadi pahlawan super. Sedangkan tokoh Superman diperkenalkan oleh Joe Shuster dan Jerry Siegel pada tahun 1932, namun baru beredar dalam komik pada tahun tahun 1938 sebagai manusia super yang berasal dari planet Krypton.
Film “Batman vs Superman : Dawn of Justice” yang diputar di Indonesia akhir Maret 2016, merupakan film aksi yang pertama menampilkan kedua tokoh dari DC Comic ini secara bersamaan. Film dengan target penonton usia remaja ini memiliki alur utama cerita perseteruan antara Batman dan Superman.
Dalam film ini diceritakan tentang Batman, yang aslinya adalah pengusaha kaya raya bernama Bruce Wayne, yang merasa kehadiran Superman justru membawa banyak masalah bagi penduduk bumi. Superman yang bertarung dengan penjahat dari planet lain maupun dari bumi kerap justru menyebabkan banyak kehancuran dan korban penduduk bumi yang tidak sedikit. Ketidaksenangan Batman ini dimanfaatkan oleh Lex Luthor, musuh Superman, untuk memaksa mereka saling membenci dan bertarung.
Dalam kelanjutan perseteruan kedua superhero tersebut, akhirnya mereka bersatu untuk mengalahkan monster ciptaan Lex Luthor yang sangat sulit dilawan. Muncul pula karakter superhero lain dalam film ini, yaitu Wonder Woman, yang datang membantu.
Bagi penonton muda yang belum pernah mengikuti cerita-cerita sebelumnya tentang Batman dan Superman, memang bisa jadi merasa film ini membingungkan dan malah jadi terasa tidak begitu seru. Film ini hanya menjelaskan secara kilas balik tentang asal usul Batman, tetapi tidak ada tentang asal usul Superman. Bagaimana hubungan antara Superman dan Lois Lane juga sudah diasumsikan dipahami penonton. Termasuk pula siapa itu Jenderal Zod dan mengapa Superman tidak berdaya bila berdekatan dengan batu kripton.
Bagi penonton anak-anak yang sudah sering menonton film kartun Superman dan Batman, mungkin juga akan bingung mengapa kedua tokoh ini malah tidak akur satu sama lain. Sebab dalam banyak film kartun DC Comic yang sudah lama beredar sebelumnya, Batman dan Superman diceritakan kerap bekerja sama menumpas kejahatan.
Film ini memang ada adegan pertarungan, namun dikemas dengan tidak terlalu vulgar, dan tidak ada dialog kasar. Ada beberapa yang hal yang mungkin dapat diajarkan pada anak ketika bersama-sama menonton film ini. Misalnya bahwa kita tidak boleh berprasangka buruk dahulu terhadap orang lain, dan mengutamakan komunikasi ketimbang emosi. Kecintaan dan kepatuhan pada orangtua juga digambarkan dengan baik dalam film ini. Sebagai film tentang superhero, seperti biasa digambarkan pula kepahlawanan mereka yang dengan berani berkorban demi kepentingan banyak orang, bahkan sampai mengorbankan jiwanya.
Bagi anak usia di bawah 10 tahun, sepertinya film ini masih terlalu berat untuk ditonton. Selain durasi yang lama (sekitar 2,5 jam), juga karena alur yang tidak terlalu mudah dicerna anak-anak dan adanya adegan perkelahian yang cukup lama. Bagi anak remaja, memang film ini sudah cukup dapat dicerna, meskipun sebaiknya mereka menonton juga didampingi orang tua agar dapat mencerna alur cerita dan nilai kebajikan yang diceritakan. Bagi orangtua yang akan mendampingi anak menonton, ada baiknya mencari tahu beberapa latar belakang kedua tokoh superhero ini dahulu, bila tidak ingin kebingungan ketika ditanya-tanya oleh sang anak.
Keterangan:
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak memiliki kerja sama dalam bentuk apapun dengan pihak pengembang tayangan / game yang bersangkutan.
Sumber Gambar:
http://google.com
Penulis: dr. Martinus M. Leman, Sp.A
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Reviewer: dr. Lies Dewi Nurmalia, Sp.A
Ikatan Dokter Anak Indonesia