Mungkinkah buah hati saya terkena tuberkulosis (TB)? Barangkali pertanyaan seperti itu pernah terlintas dalam benak kita sebagai orangtua. Bagi kita yang tinggal di Indonesia pertanyaan tersebut sangatlah wajar mengingat penyakit tuberkulosis masih merupakan penyakit endemis di Indonesia, bahkan indonesia merupakan peringkat kelima di dunia sebagai negara dengan prevalensi tuberkulosis terbanyak. Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru namun dapat menyerang hampir semua organ tubuh. Penyakit TB dapat menyerang tulang, selaput otak, kelenjar getah bening, mata, ginjal, jantung, hati, usus dan juga kulit. Penyakit ini ditularkan oleh orang dewasa yang menderita TB aktif melalui percikan dahak yang keluar saat batuk, bicara, bersin atau bernyanyi. Percikan dahak yang mengandung kuman TB ini bila terhirup dan masuk ke paru-paru akan menyebabkan timbulnya infeksi TB. Berbeda dengan TB pada dewasa yang gejala utamanya adalah batuk lama > 3 minggu, gejala TB anak sangat tidak spesifik. Kapan kita harus curiga buah hati kita mungkin tertular TB? yaitu biladidapatkan beberapa gejala berikut:
- Demam lama > 2 minggu atau demam berulang (umumnya demam tidak terlalu tinggi)
- Nafsu makan turun, berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut
- Batuk yang menetap atau memburuk > 3 minggu
- Anak tampak lesu dan tidak kelihatan seaktif biasanya
- Teraba benjolan di leher (umumnya lebih dari satu)
- Kontak erat dengan penderita TB paru aktif
Selain gejala yang bersifat umum dapat juga dijumpai gejala yang bersifat khusus yaitu benjolan di tulang belakang (gibbus), pembengkakan sendi (sendi panggul, sendi lutut, sendi ruas jari), kejang dan penurunan kesadaran (TB selaput otak), jantung bengkak ataupun perut yang membesar. Namun sayangnya tidak ada satupun gejala diatas yang spesifik sebagai gejala TB, karena penyakit kronik lainnya juga dapat memiliki gejala seperti itu. Oleh karena itu jika buah hati anda menunjukkan gejala seperti tersebut di atas segeralah bawa mereka untuk konsultasi ke dokter. Sebelum seorang anak divonis menderita TB maka selain mempertimbangkan gejala klinis yang muncul perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Berbeda dengan TB pada dewasa dimana pemeriksaan kuman pada dahak merupakan pemeriksaan utama, pada anak pemeriksaan uji tuberkulin atau tes Mantoux merupakan pemeriksaan yang utama. Tes Mantoux merupakan pemeriksaan dengan cara menyuntikkan larutan tuberkulin (protein kuman TB) di bawah kulit (intrakutan). Hasil tes dapat dibaca antara 48-72 jam, jika timbul benjolan pada bekas suntikan dengan ukuran ‰¥ 10 mm maka dikatakan hasil tes positif. Hasil tes Mantoux positif menunjukkan reaksi tubuh terhadap protein kuman, artinya tubuh pasien pasti pernah terinfeksi sebelumnya dengan kuman TB. Dengan demikian sebelum seorang anak dikatakan menderita sakit TB seharusnya kita lakukan dulu pemeriksaan yang membuktikan bahwa anak tersebut telah terinfeksi TB (dengan tes Mantoux), karena tidak mungkin seseorang dapat menjadi sakit tanpa terjadi infeksi sebelumnya. Pemeriksaan lain yang dapat membantu diagnosis TB adalah pemeriksaan Rontgen dada, pemeriksaan ini dapat memperkuat dugaan ke arah tuberkulosis tetapi tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya pemeriksaan untuk menentukan diagnosis tuberkulosis. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bila di rumah ada seorang penderita TB dewasa, selain mengobatinya kita juga harus memeriksakan anak-anak yang tinggal satu rumah dengannya karena anak merupakan kelompok umur yang rentan (terutama jika dibawah lima tahun). Sebaliknya jika kita dapatkan seorang anak menderita TB kita harus mencari sumber penularan di sekitarnya. Sumber penularan TB harus dicurigai pada seorang dewasa dengan batuk lama (>3 minggu), batuk darah, penurunan berat badan yang mencolok, pada kondisi demikian orang dewasa tersebut sebaiknya diminta untuk memeriksakan dahaknya untuk diperiksa kuman TB nya. Dengan pendekatan seperti ini diharapkan kita dapat mengobati TB dengan menyeluruh.
Penyakit TB dapat disembuhkan, namun memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Lama pengobatan tergantung berat ringannya penyakit berkisar antara 6-12 bulan. Agar penyakit dapat sembuh secara tuntas, anak harus minum obat secara teratur setiap hari. Obat sebaiknya diminum saat perut kosong agar penyerapan obat baik. Berikan jeda kurang lebih satu jam setelah minum obat bila hendak makan. Pengobatan TB diberikan dalam bentuk kombinasi 3-4 macam obat, hal ini dilakukan untuk mengeradikasi kuman semaksimal mungkin dan mencegah timbulnya kuman yang kebal terhadap obat. Pemberian obat dapat diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa obat tunggal atau untuk mempermudah pemberian dapat diberikan dalam bentuk kombinasi dosis tetap. Obat kombinasi dosis tetap (KDT) adalah obat yang berbentuk satu tablet namun mengandung 3-4 macam obat. Obat dalam bentuk ini diberikan dengan cara dilarutkan dalam air (dispersible) atau dikunyah. Selain minum obat secara teratur perlu diperhatikan juga faktor nutrisi yang cukup dan seimbang, lingkungan rumah yang bersih dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dan imunisasi BCG saat bayi.
Keberhasilan pengobatan TB dapat diamati dengan memonitor perbaikan gejala penyakitnya seperti peningkatan berat badan, demam menghilang, batuk menghilang, pembesaran kelenjar getah bening mengecil dan gejala lainnya menghilang. Umumnya perbaikan nyata terjadi pada 2 bulan pertama pengobatan. Bila respon pengobatan baik maka kita akan semakin yakin bahwa anak tersebut benar menderita TB. Namun jika tidak ada perbaikan yang nyata setelah 2 bulan pengobatan, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut apakah anak bukan TB atau TB dengan kebal obat. Dalam evaluasi respon terapi, bila saat awal pengobatan tes Mantoux positif maka pada akhir pengobatan tidak perlu diulang kembali. Rontgen dada ulangan tidak selalu dikerjakan tergantung indikasi, misalnya kasus dengan kelainan paru cukup luas sebelumnya.
Dengan memperhatikan berbagai gejala yang mungkin timbul dan faktor-faktor penting yang berperan dalam penularan TB diharapkan sebagai orangtua dapat mendeteksi dini kemungkinan anaknya sakit TB dan segera membawanya untuk konsultasi ke dokter. Namun perlu juga diperhatikan agar tidak terjadi TB mania, orangtua tidak perlu khawatir berlebihan terhadap gejala yang timbul sebelum pemeriksaan yang membuktikan adanya infeksi TB yaitu uji Mantoux membuktikannya. Dengan demikian diagnosis TB pada anak dapat ditegakkan dengan tepat dan tidak terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis TB pada anak.
Penulis : Wahyuni Indawati (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Telah dimuat di harian Kompas (20 - 5 - 2012)