Tahukah Anda mineral apa yang sangat penting bagi tubuh?
Ya, jawabannya adalah zat besi. Zat besi sangat dibutuhkan dalam berbagai fungsi tubuh, salah satunya sebagai bahan penting pada pembuatan sel darah merah. Kekurangan zat besi dalam tubuh akan berakibat anemia yang disebut anemia defisiensi besi (ADB).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007, hampir separuh (40-45 persen) dari balita di Indonesia mengalami Anemia Defisiensi Besi. Hal ini menjadi penting karena ADB mempengaruhi banyak hal terutama kecerdasan seorang anak. Sel darah merah berfungsi menghantarkan oksigen ke seluruh organ tubuh termasuk otak sehingga penderita anemia relatif kurang terpenuhi oksigennya. Zat besi juga merupakan mineral penting untuk perkembangan otak anak dan kekebalan terhadap infeksi.
Bayi dan anak rentan mengalami ADB karena berbagai hal, di antaranya akibat kebutuhan tubuh akan zat besi yang meningkat seiring dengan percepatan pertumbuhan badan dan asupan zat besi dari makanan tidak cukup. Selain itu, adanya infeksi parasit seperti cacingan, infeksi parasit, dan pada anak remaja putri, menstruasi juga dapat menyebabkan ADB.
Gejala ADB
Anak yang mengalami ADB biasanya terlihat mudah lelah, lemas, dan pucat. Anak sering kali sulit berkonsentrasi saat belajar sehingga prestasinya menurun. Pada keadaan anemia berat, dapat terjadi kegagalan jantung yang membahayakan jiwa.
Apabila Anda menemukan gejala anemia seperti itu pada anak Anda, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Pemeriksaan darah rutin dan kadar besi dalam darah perlu dilakukan segera agar pengobatan dapat diberikan.
Bagaimana cara mencegah ADB?
Usaha sederhana mencegah ADB adalah dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi. Usahakan bayi mendapat air susu ibu eksklusif. Setelah usia 6 bulan apabila tidak mendapat air susu ibu sebaiknya diberi susu formula yang difortifikasi zat besi. Pemberian tambahan zat besi dianjurkan pula sejak bayi sampai usia remaja, diberikan sebagai usaha pencegahan terhadap anemis.
Banyak bahan makanan di sekitar kita yang kaya kandungan zat besi. Sayuran berdaun hijau seperti selada air, kangkung, brokoli, bayam hijau, buncis dan kacang-kacangan kaya akan zat besi. Bahan makanan hewani seperti daging merah dan kuning telur juga kaya zat besi dan lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan sumber nabati. Dalam proses pengolahan bahan makanan, sangat perlu diperhatikan pengolahan yang baik dan benar sehingga kandungan zat makanan misalkan zat besi tidak berkurang dari bahan makanan tersebut. Usahakan anak Anda banyak mengonsumsi makanan yang kaya zat besi untuk mencegah ADB. Usaha sederhana yang dapat menyelamatkan anak Anda.
Penulis: Hikari Ambara Sjakti ( Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Dimuat di harian Kompas (16-03-2014)