Indonesia mulai melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 sejak awal Mei 2020 dan penderitanya tidak hanya dari kalangan dewasa saja namun juga bayi dan anak-anak. Ditengah era new normal ini nutrisi menjadi hal yang utama dalam menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh terutama pada anak-anak, terlebih usia batita.
Berdasarkan berbagai data, anak-anak usia batita memiliki prevalensi yang lebih kecil untuk terinfeksi Covid-19 bila dibanding dengan usia dewasa atau lansia, meski demikian pemenuhan gizi bagi anak harus menjadi prioritas utama pencegahan terhadap virus ini. Status gizi anak yang kurang baik menjadi faktor risiko bagi seorang anak untuk rentan terjangkit infeksi. Imunitas tubuh sangat erat kaitannya dengan cukup atau tidaknya asupan nutrisi anak yang berpengaruh langsung terhadap status gizi dan daya tahan tubuhnya. Permasalahan gizi pada anak sekarang tidak hanya gizi kurang saja, namun juga obesitas menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada masa kini. Hal ini menjadi salah satu faktor risiko yang memperberat kondisi penyakit virus Covid-19. Maka dari itu, poin utamanya yakni bagaimana ketepatan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) bagi anak-anak pada rentang usia 1000 hari pertama kehidupan serta komposisi makanan dengan gizi seimbang pada anak batita untuk menjaga imunitas anak agar terhindar dari berbagai infeksi penyakit termasuk virus Covid-19 ini.
Asupan makanan pada anak dengan komposisi gizi yang tepat dari segi jumlah, jenis dan frekuensinya akan memperbaiki status gizi dan dengan demikian memperkuat benteng imunitas tubuh, sehingga anak akan mampu menangkal infeksi. Jika seorang anak terlanjur terkena infeksi maka penyembuhannya akan jauh lebih berat. Pemberian nutrisi selama masa pandemi harus mencakup asupan makronutrien yakni karbohidrat, protein, lemak, dan mikronutrien meliputi mineral seperti seng, zat besi, kalsium, asam folat, serta vitamin seperti vitamin A, C, D, E, B6, B12, yang cukup dan seimbang sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi. Pada anak malnutrisi baik itu gizi kurang ataupun obesitas, berisiko untuk kekurangan zat gizi mikronutrien. Sumber-sumber mikronutrien tersebut sebagian besar dapat diperoleh dari protein hewani seperti : ayam, hati ayam, daging sapi, ikan, salmon, sarden, telur, kerang dan produk dairy.
Pada usia 6 bulan, ASI saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, hal ini umumnya terjadi pada saat bayi berusia antara 4-6 bulan. World Health Organization (WHO) dan ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian MPASI saat bayi berusia 6 bulan. Pada rentang usia 6-8 bulan komposisinya adalah 70% ASI (dan/atau susu formula) dan 30% MPASI, sedangkan 9-11 bulan perbandingan komposisi nya adalah 50% untuk masing-masing MPASI dan ASI (dan/atau susu formula). Pada usia 12-23 bulan komposisinya adalah 70% MPASI dan 30% nya adalah ASI/susu formula, jangan sampai terbalik, karena anak akan kenyang dengan susu dan tidak mau makan.
Usia (bulan) |
Frekuensi |
Jumlah Energi yang |
Konsistensi |
Jumlah per porsi makan |
6-8 |
2-3 |
200 |
Tim saring, lumat |
2-3 sendok makan, ditingkatkan bertahap sampai 125 ml |
9-11 |
3-4 |
300 |
Cincang halus/kasar, finger foods |
125 ml |
12-23 |
3-4 |
550 |
Makanan keluarga |
150-250 ml |
Secara kualitas, MPASI harus mengandung gizi seimbang, yakni mencakup karbohidrat, protein (terutama sumber hewani), lemak (minyagoreng, santan, mentega), buah atau sayur.
Usia (bulan) |
Komposisi karbohidrat |
Komposisi protein |
Komposisi lemak |
6-8 |
70-120 kkal/hari |
20-30 kkal/hari |
60-90 kkal/hari |
9-11 |
100-180 kkal/hari |
30-45 kkal/hari |
90-130 kkal/hari |
12-23 |
190-330 kkal/hari |
55-80 kkal/hari |
170-250 kkal/hari |
Terkadang para orang tua mengutamakan karbohidrat sebagai komposisi utama makanan anak sehingga anak hanya kenyang namun kebutuhan gizi tidak terpenuhi. Sebagai contoh konsumsi lauk pauk sumber protein anak usia 12-23 bulan seperti telur 2-3 butir/hari, daging ayam/ikan 80-120 gram/hari, 75-90 gram hati ayam. Sumber lemaknya meliputi 50 gram santan per kali makan atau dengan 1 sendok teh margarin/mentega/minyak goreng per kali makan, bisa pula diganti minyak kelapa, minyak jagung atau minyak kedelai. Untuk sayur dapat diberikan 1/3 gelas (setelah dimasak) per harinya. Buah-buahan dapat diberikan ½ potong atau ¼ gelas buah segar dan sebagai pelengkap dapat diberikan produk dairy seperti susu, yoghurt sekitar 2 sampai 3 gelas per hari (1 porsi = 250 ml).
Sayur dan buah mengandung banyak serat yang dapat menghambat penyerapan zat gizi penting pada bayi, sehingga jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal ini yang tidak banyak diketahui orang tua. Seringkali orang tua membanggakan anaknya yang doyan makan buah dan sayur, namun sangat jarang sekali mereka membanggakan anaknya makan sumber protein hewani. Sebagai makanan selingan / snack dapat diberikan di sela-sela waktu makan utama, namun jaraknya jangan terlalu dekat dengan waktu makan berikutnya.
Pada umumnya anak usia 1-3 tahun seringkali mengalami kesulitan makan, jadi orang tua perlu menyiasatinya dengan memberikan menu makanan yang berbeda baik dari segi penampilan atau rasa agar lebih menarik dan tetap memperhatikan aturan makan yang benar pada anak. Pemberian suplementasi bukanlah pengganti makanan serta bukan merupakan solusi yang utama untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Suplementasi hanya bersifat sebagai tambahan atau pelengkap pada asupan anak.
Orang tua juga harus cermat dalam memilih, menyimpan serta mengolah bahan makanan agar aman dikonsumsi, terutama dalam masa pandemi ini kita dianjurkan untuk seminimal mungkin pergi membeli bahan makanan.. Maka orang tua terutama ibu harus berusaha untuk mengolah bahan makanan hingga benar-benar matang agar terhindar dari bakteri atau virus berbahaya. Bahan mentah terutama daging sapi, unggas, ikan laut dan cairan yang ditimbulkannya dapat mengandung mikroba patogen berbahaya yang dapat mencemari bahan makanan lainnya selama pengolahan dan penyimpanan.
Peningkatan higienis diri sendiri, yakni sering mencuci tangan sesuai anjuran yang tepat dalam masa pandemi Covid-19 menjadi hal yang sangat mutlak bagi setiap orang, terlebih orang tua/ibu dalam mempersiapkan bahan makan agar kebersihannya tetap terjaga. Selain itu kebersihan seluruh permukaan yang kontak dengan makanan dan alat pengolahannya juga perlu diperhatikan supaya tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Sumber :
- Damayanti R. Sjarif, Klara Yuliarti, Endand D. Lestari, I. G. Lanang Sidiartha, Sri S. Nasar, Maria Mexitalia. 2015. Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Byi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
- Abeshu MA, Lelisa A, Geleta B. 2016. Complementary Feeding: Review of Recommendations, Feeding Practices and Adequacy of Homemade Complementary Food Preparations in Developing Countries-Lessons from Ethiopia. Frontiers in Nutrition.
- World Health Organization. 2001. Guiding Principles for Complementary Feeding of The Breastfed Child. Geneva: WHO Press.
Penulis:
Maria Galuh Kamenyangan Sari, SpA., MKes.
Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret Surakarta
Reviewer:
Prof. DR. Dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K)