Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, tetapi karena beberapa alasan tertentu bayi diberi formula susu sapi. Hal ini dapat menimbulkan sensitisasi terhadap protein susu sapi dan alergi susu sapi (ASS) di kemudian hari. Manifestasi klinis terbanyak sebagai gejala yang ringan sampai sedang, dan hanya 0.1-1% yang bermanifestasi klinis berat.
Penanganan ASS harus menghindari atau pantang konsumsi protein susu sapi dan bila bayi tidak mendapat ASI maka harus mendapat formula susu pengganti. Saat ini banyak beredar di pasaran berbagai jenis formula susu sapi yang kadang dapat membingungkan dan menyebabkan salah pilih jenis formula susu yang tepat.
Bagaimanakah proses terjadinya alergi susu sapi?
Alergi Susu Sapi (ASS) merupakan salah satu jenis alergi makanan yang merupakan reaksi yang tidak diinginkan (reaksi yang berlebihan) yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. Peran reaksi imunologi pada ASS disebut sebagai reaksi hipersensitivitas. tipe 1 yang diperani oleh Immunoglobulin E (IgE), tetapi ASS dapat diakibatkan oleh reaksi imunologis yang tidak diperantarai oleh IgE ataupun proses gabungan antara keduanya.
Mengenali gejala alergi susu sapi
Gejala alergi susu sapi tidak ada yang khas. Pada kelompok dengan reaksi yang diperani oleh IgE manifestasi alergi biasanya terlihat dalam waktu durasi tertentu setelah konsumsi protein susu sapi, yaitu antara 30 menit sampai 1 jam (sangat jarang > 2 jam).
Gejala yang muncul antara lain: kemerahan dengan bentol dan gatal di kulit (urtikaria), bengkak, kemerahan dan agak nyeri di bibir, kelopak mata atau bagian kulit lain (angioedema), eksema/dermatitis atopik yang biasanya di kedua pipi, diare, bisa disertai dengan darah, kolik usus, pilek, hidung berair, bersin-bersin, mata merah dan gatal, batuk dan sesak nafas (bronkospasme), bisa juga timbul gejala syok anafilaksis.
Pada kelompok reaksi imunologis yang tidak diperantarai oleh IgE gejala klinis muncul lebih lambat, yaitu sekitar 1-3 jam setelah konsumsi protein susu sapi. Manifestasi klinis kelompok ini antara lain: gejala pada saluran cerna (kolitis, kolik, muntah, diare dengan darah, , distensi abdomen), anemia, dermatitis, dan gagal tumbuh.
Berbagai jenis pemeriksaan penunjang
Untuk memastikan diagnosis alergi susu sapi dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut antara lain uji alergi kulit, pemeriksaan darah untuk antibodi IgE spesifik (bukan antibodi IgE total) terhadap protein susu sapi dengan IgE RAST (Radio Allergo Sorbent Test), uji diet eliminasi dan provokasi protein susu sapi. Pemeriksaan tambahan lain seperti atopy patch test, pemeriksaan darah pada tinja, endoskopi dan biopsi.
Saat ini banyak ditawarkan berbagai jenis pemeriksaan di pasaran untuk pemeriksaan penunjang diagnosis ASS atau alergi secara umum. Kita harus berhati-hati karena ternyata banyak diantara pemeriksaan-pemeriksaan tersebut merupakan tes yang tidak terbukti (unproven test) dan tidak dianjurkan. Sampai saat ini pemeriksaan-pemerksaan tersebut diatas yang diakui bermakna untuk membantu menegakkan diagnosis ASS atau alergi makanan pada umunya.
Menangani alergi susu sapi
Pada dasarnya terapi untuk alergi susu sapi adalah menghindari segala bentuk produk susu sapi. Formula susu extensively hidrolisat diberikan bila dijumpai klinis ringan atau sedang. Pada ASS berat diberikan formula susu asam amino. Untuk bayi di atas 6 bulan dapat diberikan formula susu kedelai, dengan pertimbangan harga, rasa dan ketersediaannya. Gejala yang ditimbulkan alergi susu sapi dapat diobati oleh dokter sesuai dengan gejala yang terjadi. Jika didapatkan riwayat reaksi yang berat, epinefrin harus dipersiapkan.
Untuk jangka waktu lama, bayi dengan ASS cukup baik. Kesembuhannya dapat mencapai 45-55% pada tahun pertama, 60-75% pada tahun kedua dan 90% pada tahun ketiga. Namun, terjadinya alergi terhadap makanan lain juga perlu dipertimbangkan.
Penulis : Sumadiono (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Catatan: Artikel ini dimuat di harian Kompas (13 - 5 - 2013)