Cikal Bakal Ikatan Dokter Anak Indonesia
Cikal bakal Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dibentuk pada tanggal 14 Juni 1954, bertepatan dengan ulang tahun Dr. Sudjono D. Pusponegoro dan Prof. Sutedjo. Sebagai ketua IDAI pertama (1954-1968) adalah Prof.Dr. Sudjono D. Pusponegoro dengan anggota pengurus Prof. M.D. Hidayat, Dr. Sutedjo, Dr. Te Bek Siang, Dr. Ismangoen, Dr. Kwari Satjadibrata, Dr. Kho Ling Keng, dan Dr. Jo Kian Tjaij. Ketua IDAI selanjutnya adalah Prof. Sutedjo I (1968 – 1974), Prof. R.O. Odang (1974 –1975), Dr. A.H. Markum (1975 – 1978 dan 1978 - 1981), Dr. Sofyan Ismael (1981 – 1984), Dr. Sumarmo Poorwo Soedarmo (1984 – 1987), Prof.Dr. A.H. Markum (1987 - 1989) karena Prof. A.H. Markum wafat tahun 1989, Dr. Asril Aminullah (1989 – 1990, Dr. M. Hardjono Abdoerrachman (1990 – 1993), Dr. Asril Aminullah (1993 – 1996), Dr. Noenoeng Rahajoe (1996 – 1999), Dr. Jose Rizal Latief Batubara (1999-2002), Dr. Hardiono D. Pusponegoro (2002-2005), Dr. Sukman Tulus Putra (2005-2008), Dr. Badriul Hegar (2008-2014), DR. Dr. Aman B. Pulungan (2014-2020) dan masa kepengurusan diperpanjang sebagai hasil dari KONIKA Luar Biasa terkait Pandemi COVID-19 (2020-2021), dr. Piprim Basarah Yanuarso (2021 – 2024).
IDAI adalah satu-satunya organisasi profesi Dokter Spesialis Anak Indonesia yang bernaung di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dalam bahasa Inggris IDAI disebut dengan Indonesian Pediatric Society. IDAI berasaskan Pancasila, bertujuan ikut serta meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak, mengembangkan ilmu kesehatan anak, dan meningkatkan kesejahteraan anggota. Untuk mencapai tujuannya IDAI membantu pemerintah dalam membina dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan anak, berpartisipasi aktif dalam penelitian kesehatan anak dan kesejahteraan anak, memberikan pengarahan, pembinaan, dan melaksanakan pendidikan ilmu kesehatan anak, meningkatkan kemampuan profesi dokter spesialis anak, menjalin kerja sama dengan organisasi dokter spesialis anak regional dan internasional, organisasi kesehatan dan kesejahteraan anak lain, di samping mempersatukan, memperjuangkan dan memelihara kepentingan/kedudukan dokter spesialis anak Indonesia.
Masa bakti Pengurus Pusat IDAI adalah 3 tahun, dengan sekretariat berkedudukan di ibukota Republik Indonesia. Anggota IDAI berkewajiban menjunjung tinggi dan mengamalkan sumpah dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) IDAI, peraturan dan keputusan IDAI. Sampai KONIKA XIV tahun 2008 di Surabaya, Jawa Timur, jumlah anggota IDAI yang terdaftar resmi sebanyak 2305 orang. KONIKA XV di Manado, jumlah anggota IDAI yang terdaftar adalah sebanyak 2562 orang. Pada saat KONIKA XVI di Palembang, jumlah anggota yang terdaftar adalah sebanyak 3168 orang. Pada KONIKA XVII di Yogyakarta, jumlah anggota yang terdaftar adalah sebanyak 3751 orang. Sedangkan sampai dengan KONIKA XVIII di Jakarta dan Medan, jumlah anggota yang terdaftar adalah sebanyak 4741 orang.
Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak
Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) adalah badan legislatif tertinggi di dalam organisasi IDAI, karena merupakan forum musyawarah utusan IDAI Cabang, Pengurus Pusat IDAI beserta semua jajarannya, dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (Kolegium IKAI). Sidang KONIKA terdiri dari sidang organisasi dan sidang ilmiah. KONIKA diadakan sekali dalam 3 tahun, tetapi dalam keadaan mendesak, KONIKA dapat diselenggarakan atas usul Pengurus Pusat IDAI, Pengurus Nasional Kolegium IKAI, atau salah satu IDAI Cabang dengan persetujuan dari sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah IDAI Cabang dan Pengurus Nasional Kolegium IKAI. Sidang organisasi KONIKA dilakukan untuk menyempurnakan AD-ART dan Renstra, menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat IDAI dan Kolegium IKAI, memilih ketua umum Pengurus Pusat IDAI dan ketua Kolegium IKAI, menilai dan menetapkan IDAI Cabang baru, menetapkan keanggotaan, menentukan tempat KONIKA dan PIT berikut, menetapkan uang pangkal, iuran langganan Pediatrica Indonesiana, Sari Pediatri, dan ketentuan yang berhubungan dengan profesi, serta membahas dan merumuskan masalah ilmu kesehatan anak dengan memperhatikan Renstra.
KONIKA I diselenggarakan pada tanggal 12-15 April 1968 di Semarang, dengan ketua panitia Dr. Ny. Farida Heyfer Alatas dan sekretaris Dr. Ny. Sudibjakti Adinoto. KONIKA II di Bandung (21-25 April 1971) dengan ketua Panitia Prof. Dr. Sugiri dan sekretaris Dr. Sambas Wiriadisuria, sedangkan KONIKA III di Surabaya pada tanggal 1-6 Juli 1974 dengan ketua panitia pelaksana Prof. Dr. R. Kwari Satjadibrata dan sekretaris Dr. IGN Ranuh. KONIKA IV diselenggarakan di Yogyakarta (21-25 Mei 1978), dengan ketua panitia pelaksana Prof. Dr. Ismangun dan sekretaris Dr. A. Samik Wahab dengan tema KONIKA “Peningkatan pelayanan kesehatan anak dalam masyarakat” KONIKA V diselenggarakan di Medan, (14-18 Juni 1981) dengan ketua panitia pelaksana Prof. Dr. Helena Siregar dan sekretaris Dr. S.M. Manoeroeng, dengan tema ”Tumbuh kembang sempurna masa depan cemerlang”. KONIKA VI diselenggarakan di Denpasar (6-19 Juli 1984) dengan ketua panitia pelaksana Dr. Sudarjat Suraatmadja, DSA dan sekretaris Dr. Hendra Santosa, DSA, dengan tema “Kesehatan anak masa kini menjamin kesejahteraan bangsa masa depan”. KONIKA VII diselenggarakan di Jakarta (11-15 September 1987) dengan ketua panitia pelaksana Prof. DR. Dr. Iskandar Wahidiyat, DSA dan sekretaris panitia Dr. M. Hardjono Abdoerrachman, DSA, dan tema KONIKA: “Memantapkan kesehatan anak mempersiapkan era tinggal landas”. KONIKA VIII dilaksanakan oleh IDAI Cabang Sulawesi Selatan di Ujung Padang (11-14 September 1990) dengan ketua panitia pelaksana adalah Dr. Sjarifuddin Rauf, DSAK dan sekretaris Dr. J.S. Lisal, DSAK dan tema KONIKA: “Meningkatkan kualitas anak menunjang pembangunan bangsa”. KONIKA IX diselenggarakan oleh IDAI Cabang Jawa Tengah di Semarang (13-16 Juni 1993) dengan ketua panitia pelaksana adalah DR. Dr. I. Sudigbia, DSAK dan sekretaris Dr. M. Sholeh Kosim, DSA dan tema KONIKA: “Memantapkan kualitas perlindungan anak menunjang pembangunan nasional jangka panjang II”, KONIKA X diselenggarakan oleh IDAI Cabang Sumatera Barat di Bukittinggi (16-20 Juni 1996) dengan tema “Meningkatkan profesionalisme IDAI untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas”, dengan ketua panitia pelaksana adalah Dr. Syamsir Daily, DSAK dan sekretaris Dr. Firman Arbi, DSA. KONIKA XI diselenggarakan oleh IDAI Cabang DKI Jakarta di Jakarta tanggal 4-7 Juli 1999 dengan tema “Mempersiapkan dan mengantar anak Indonesia memasuki abad 21”, dengan ketua panitia pelaksana adalah Dr. Jose R.L.Batubara, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. Badriul Hegar, Sp.A. KONIKA XII diselenggarakan oleh IDAI Cabang Bali di Nusa Dua pada tanggal 30 Juni-4 Juli 2002 dengan ketua panitia pelaksana Dr. I Nyoman Sugitha, Sp.A, dan sekretaris Dr. Bagus Ngurah Putu Arhana, Sp.A dan tema KONIKA: “Improving professionalism in health science and technology for implementation of the child right and protection in Indonesia”, bersamaan dengan kongres 11th ASEAN Pediatric Federation Conference (APFC) dengan tema “Improving adolescent health for future human resources”. KONIKA XIII diselenggarakan oleh IDAI Cabang Jawa Barat di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 4-7 Juli 2005, dengan ketua panitia pelaksana adalah Prof. Dr. Sugandha Tanuwidjaja, Sp.A(K), dan sekretaris Dr. Kunandi Rusmil, Sp.A(K), MM, dan tema KONIKA: Pendekatan ilmiah kesehatan anak dan pencegahannya dari ilmu dasar ke aplikasi klinis dan komunitas. KONIKA XIV diselenggarakan oleh IDAI Cabang Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 5-9 Juli 2008, dengan ketua panitia pelaksana adalah Prof. Dr. Bambang Permono, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. IDG Ugrasena, Sp.A(K), dan tema KONIKA: “Competence-based professionalisme in Pediatrics.” KONIKA XV diselenggarakan di Manado pada tanggal 11-14 Juli 2011 dengan tema: “Current pediatric challenges: Implementing evidence based medicine in clinical practice”. Panitia Pelaksana adalah IDAI Cabang Sulawesi Utara yang diketuai oleh Prof. Dr. Adrian Umboh, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. Rocky Wilar, Sp.A. Pada KONIKA tersebut ditetapkan bahwa IDAI Cabang Sumatera Selatan terpilih sebagai Panitia Pelaksana KONIKA XVI di Palembang. KONIKA XVI diselenggarakan di Palembang pada tanggal 24-28 Agustus 2014 dengan tema: “Towards global equalities sustainable MDG’s achievements through comprehensive health car, for all Indonesia children”. Panitia Pelaksana adalah IDAI Cabang Sumatera Selatan yang diketuai oleh Dr. M. Nazir HZ., Sp.A(K) dan sekretaris Dr. Silvia Triratna, Sp.A(K). Pada KONIKA tersebut ditetapkan bahwa IDAI Cabang DI. Yogyakarta terpilih sebagai Panitia Pelaksana KONIKA XVII di Yogyakarta. KONIKA XVII diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 6-11 Agustus 2017 dengan tema: “Implementing Advances in Pediatrics for Better Child Health”. Panitia Pelaksana adalah IDAI Cabang D.I. Yogyakarta yang diketuai oleh Prof. Dr. Mohammad Juffrie, Sp.A(K), PhD dan sekretaris Dr. Titis Widowati, Sp.A(K). Pada KONIKA tersebut ditetapkan bahwa IDAI Cabang Sumatera Utara terpilih sebagai Panitia Pelaksana KONIKA XVIII di Medan. Sebelum KONIKA XVIII diadakan KONIKA Luar Biasa terkait dengan pandemi COVID-19. KONIKA XVIII diselenggarakan secara hybrid di Jakarta dan Medan pada tanggal 15 – 19 Oktober 2021 dengan tema: “Children’s Health is the Greatest Wealth”. Panitia Pelaksana adalah IDAI Cabang Sumatera Utara yang diketuai oleh Prof. dr. Munar Lubis, Sp.A(K) dan sekretaris dr. Karina Sugih Arto, M.Ked(Ped), Sp.A(K). Pada KONIKA tersebut ditetapkan bahwa IDAI Cabang Jawa Tengah terpilih sebagai Panitia Pelaksana KONIKA XIX di Semarang.
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak (PIT IKA) dilaksanakan pertama kali di Palembang oleh IDAI Cabang Sumatera Selatan pada tanggal 25-27 Juni 2001 yang diketuai oleh Dr. Abbas Merdjani, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. Zarkasih Anwar, Sp.A. PIT IKA II diselenggarakan oleh IDAI Cabang Riau di Batam, Kepulauan Riau pada tanggal 12-14 Juli 2004, dengan tema: “Hot topic in pediatric” dan Dr. Zaimi Zet,Sp.A sebagai ketua panitia pelaksana dan Dr. Indra Yanti, Sp.A sebagai sekretaris. PIT IKA III diselenggarakan oleh IDAI Cabang Yogyakarta di Yogyakarta pada tanggal 5-9 Mei 2007 dengan ketua panitia pelaksana adalah Dr. Ronny Naning, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. Sumadiono, Sp.A(K), dan tema PIT IKA III: “Peningkatan penelitian oleh dokter spesialis anak dari molekuler hingga komunitas dengan memperhatikan bioetika” dan PIT IKA IV diselenggarakan oleh IDAI Cabang Sumatera Utara di Medan pada tanggal 20 – 24 Februari 2010 dengan ketua panitia pelaksana Prof. Dr. Bidasari Lubis, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. Yazid Dimyati, Sp.A, dan tema PIT IKA adalah “The role of pediatricians to achieve MDG’s 2015”. KONIKA XV Manado ditetapkan bahwa PIT IKA dilaksanakan setiap tahun di luar tahun pelaksanaan KONIKA yang diikuti oleh separuh dari UKK dan Satgas. Panitia Pelaksana PIT IKA V ditetapkan adalah IDAI Cabang Jawa Barat yang akan diselenggarakan pada tanggal 13-17 Oktober 2012 di Bandung dengan tema “Menjaga kualitas hidup anak dengan penerapan tata laksana kegawatan secara paripurna.” dan ketua panitia pelaksana adalah Prof. DR. Dr. Nanan Sekarwana, Sp.A(K), MARS dan sekretaris DR. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K). IDAI Cabang Jawa Tengah terpilih sebagai Panitia Pelaksana PIT IKA VI yang diketuai oleh Prof. DR. Dr. Harsono Salimo, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. Anang Giri Moelyo, Sp.A, dilaksanakan di kota Solo pada tahun 2013. Pada KONIKA XVI Palembang ditetapkan bahwa PIT IKA dilaksanakan setiap tahun di luar tahun pelaksanaan KONIKA yang diikuti oleh separuh dari UKK dan Satgas. Panitia Pelaksana PIT IKA VII ditetapkan adalah IDAI Cabang Jawa Timur yang diselenggarakan pada tanggal 31 Oktober - 4 November 2015 Di Surabaya dengan tema “Enhancing the Equality of Quality in Pediatric Science” dan ketua panitia pelaksana adalah Dr. Sjamsul Arif, Sp.A(K), MARS dan sekretaris DR. Dr. Ahmad Suryawan, Sp.A(K). IDAI Cabang Sulawesi Selatan terpilih sebagai Panitia Pelaksana PIT IKA VIII yang diketuai oleh Prof. DR. Dr. Dasril Daud, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. Setiabudi Salekede, Sp.A(K) pada tanggal 17-21 September 2016 di kota Makasar dengan tema: “Improving professional competence for pediatric best practice”. KONIKA XVII ditetapkan bahwa PIT IKA dilaksanakan setiap tahun di luar tahun pelaksanaan KONIKA yang diikuti oleh separuh dari UKK dan Satgas. Panitia Pelaksana PIT IKA IX ditetapkan adalah IDAI Cabang Bali yang diselenggarakan pada tanggal 25-29 Agustus 2018 di Bali dengan tema “SDGs and Reducing Inequalities: How Far Have We Come?” dan ketua Panitia Pelaksana adalah DR. Dr. I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. I Putu Gede Karyana Sp.A(K). IDAI Cabang Sulawesi Utara terpilih sebagai Panitia Pelaksana PIT IKA X yang diketuai oleh DR. Dr. E. David Kaunang, Sp.A(K) dan sekretaris Dr. Vivekenanda Pateda, Sp.A(K), dilaksanakan di kota Manado pada tanggal 7-13 September 2019 dengan tema “Strengthening the Indonesian Child Health Care System”.
IDAI Cabang
IDAI Cabang dapat dibentuk di Provinsi yang sedikitnya mempunyai sepuluh anggota tetapi pada setiap Provinsi hanya boleh dibentuk satu IDAI Cabang. IDAI Cabang mulai dibentuk pada tahun 1971 di Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Ketua IDAI Cabang Jakarta yang pertama adalah Dr. L.A. Tamaela, ketua pertama IDAI Cabang Jawa Tengah adalah Dr. Moeljono S. Trastotenojo, dan ketua pertama IDAI Cabang Jawa Timur adalah Prof. Kwari Satjadibrata.
Di luar Jawa, IDAI Cabang yang pertama terbentuk adalah IDAI Cabang Sumatera (1972) yang berpusat di Medan, dengan ketua Dr. Sjarikat Tarigan. Selanjutnya pada tahun 1974 dibentuk IDAI Cabang Jawa Barat dan IDAI Cabang D.I. Yogyakarta. Sebagai Ketua IDAI Cabang Jawa Barat adalah Prof. Sugiri dan IDAI Cabang D.I. Yogyakarta diketuai oleh Dr. Ismangoen. Untuk mempermudah koordinasi anggotanya, pada tahun 1978 IDAI Cabang Sumatera dipecah menjadi IDAI Cabang Sumatera Selatan dan Tengah (Sumselteng) serta IDAI Cabang Sumatera Utara. IDAI Cabang Sumselteng diketuai oleh Prof. Goepito, sedangkan IDAI Cabang Sumatera Utara tetap diketuai oleh Dr. Sjarikat Tarigan.
Pada tahun 1979 dibentuk IDAI Cabang Sulawesi Selatan dengan ketua Dr. M. Farid, sedangkan IDAI Cabang Sulawesi Utara diresmikan pada tahun 1981 dengan ketua Dr. J.M. Wantania. Pada tahun 1984 IDAI Cabang Sumselteng dipisah menjadi IDAI Cabang Sumatera Selatan (termasuk Lampung dan Bengkulu) dan IDAI Cabang Sumatera Barat (termasuk Jambi dan Riau). IDAI Cabang Sumatera Selatan diketuai oleh Dr. Rusdi Ismail, sedangkan ketua IDAI Cabang Sumatera Barat adalah Dr. Sjamsir Daili.
IDAI Cabang Bali dibentuk dengan memisahkan diri dari IDAI Cabang Jawa Timur yang diketuai oleh Dr. Sudaryat Suraatmadja. IDAI Cabang D.I. Aceh diresmikan pada KONIKA X (1996) di Bukittinggi, dengan ketua pertama Dr. Roestini Yusuf. Pada KONIKA XII di Bali, diresmikan juga 4 IDAI Cabang yang baru yaitu IDAI Cabang Riau dengan ketua Dr. Zaimi Zet, IDAI Cabang Lampung dengan ketua Dr. Ruskandi M, IDAI Cabang Banten dengan ketuanya Dr. Syartil Arfan NZ, dan IDAI Cabang Kalimantan Selatan dengan ketuanya Dr. Ari Yunanto. IDAI Cabang D.I. Aceh berganti nama menjadi IDAI Cabang Nanggroe Aceh Darussalam.
Pada KONIKA XIII 2005 di Bandung, disahkan terbentuknya IDAI Cabang Kalimantan Timur dengan ketuanya Dr. Bambang Suasono. Pada saat KONIKA XIV 2008 di Surabaya, disahkan 3 IDAI cabang baru, yaitu IDAI Cabang Jambi dengan ketuanya Dr. Pandji Prijadi Budojo, IDAI Cabang Kepulauan Riau dengan ketuanya Dr. Indra Yanti, dan IDAI Cabang Kalimantan Barat dengan ketuanya Dr. Charles E Hutasoit.
Pada KONIKA X 1996 di Bukittinggi, tercatat IDAI mempunyai 1008 orang anggota yang tersebar di-12 IDAI Cabang dengan masing-masing anggota yang terdaftar yaitu: IDAI Cabang D.I. Aceh 12 orang, IDAI Cabang Sumatera Utara 90 orang, IDAI Cabang Sumatera Barat 39 orang, IDAI Cabang Sumatera Selatan 37 orang, IDAI Cabang Jawa Barat 128 orang, IDAI Cabang DKI Jakarta 305 orang, IDAI Cabang Jawa Tengah 115 orang, IDAI Cabang D.I. Yogyakarta 36 orang, IDAI Cabang Jawa Timur 155 orang, IDAI Cabang Bali 26 orang, IDAI Cabang Sulawesi Selatan 40 orang, dan IDAI Cabang Sulawesi Utara 25 orang.
Pada saat KONIKA XI 1999 di Jakarta, IDAI mempunyai 12 cabang dengan jumlah anggota yang tercatat sebanyak 1200 orang yang tersebar di IDAI Cabang D.I.Aceh 16 orang, IDAI Cabang Sumatera Utara 82 orang, IDAI Cabang Sumatera Barat 58 orang, IDAI Cabang Sumatera Selatan 58 orang, IDAI Cabang DKI Jakarta 369 orang, IDAI Cabang Jawa Barat 138 orang, IDAI Cabang Jawa Tengah 133 orang, IDAI Cabang D.I. Yogyakarta 40 orang, IDAI Cabang Jawa Timur 194 orang, IDAI Cabang Bali 48 orang, IDAI Cabang Sulawesi Utara 21 orang, dan IDAI Cabang Sulawesi Selatan 43 orang.
Pada saat KONIKA XII 2002 di Nusa Dua, Bali, IDAI mempunyai 16 cabang dengan jumlah anggota yang tercatat sebanyak 1388 orang yang tersebar di IDAI Cabang D.I. Aceh 22 orang, IDAI Cabang Sumatera Utara 88 orang, IDAI Cabang Sumatera Barat 56 orang, IDAI Cabang Sumatera Selatan 65 orang, IDAI Cabang DKI Jakarta 405 orang, IDAI Cabang Jawa Barat 183 orang, IDAI Cabang Jawa Tengah 168 orang, IDAI Cabang D.I. Yogyakarta 57 orang, IDAI Cabang Jawa Timur 216 orang, IDAI Cabang Bali 36 orang, IDAI Cabang Sulawesi Utara 30 orang, dan IDAI Cabang Sulawesi Selatan 62 orang.
Pada saat KONIKA XIII 2005 di Bandung, Jawa Barat, IDAI mempunyai 17 cabang dengan jumlah anggota yang tercatat sebanyak 1711 orang yang tersebar di-17 IDAI Cabang, yaitu IDAI Cabang D.I. Aceh 12 orang, IDAI Cabang Sumatera Utara 101 orang, IDAI Cabang Sumatera Barat 36 orang, IDAI Cabang Sumatera Selatan 60 orang, IDAI Cabang DKI Jakarta 490 orang, IDAI Cabang Jawa Barat 201 orang, IDAI Cabang Jawa Tengah 160 orang, IDAI Cabang D.I. Yogyakarta 71 orang, IDAI Cabang Jawa Timur 229 orang, IDAI Cabang Bali 72 orang, IDAI Cabang Sulawesi Utara 42 orang, dan IDAI Cabang Sulawesi Selatan 72 orang, IDAI Cabang Riau 44 orang, IDAI Cabang Lampung 21 orang, IDAI Cabang Banten 20 orang, IDAI Cabang Kalimantan Selatan 34 orang, dan IDAI Cabang Kalimantan Timur 34 orang.
Pada saat KONIKA XIV 2008 di Surabaya, Jawa Timur, disahkan 3 IDAI cabang yang baru, sehingga pada KONIKA XIV 2008 di Surabaya, IDAI mempunyai 20 cabang dengan jumlah anggota yang tercatat sebanyak 2305 orang yang tersebar di 20 IDAI Cabang, yaitu IDAI Cabang D.I. Aceh 33 orang, IDAI Cabang Sumatera Utara 127 orang, IDAI Cabang Sumatera Barat 46 orang, IDAI Cabang Sumatera Selatan 89 orang, IDAI Cabang DKI Jakarta 620 orang, IDAI Cabang Jawa Barat 302 orang, IDAI Cabang Jawa Tengah 221 orang, IDAI Cabang D.I. Yogyakarta 102 orang, IDAI Cabang Jawa Timur 268 orang, IDAI Cabang Bali 102 orang, IDAI Cabang Sulawesi Utara 61 orang, IDAI Cabang Sulawesi Selatan 101 orang, IDAI Cabang Riau 44 orang, IDAI Cabang Lampung 25 orang, IDAI Cabang Banten 49 orang, IDAI Cabang Kalimantan Selatan 36 orang, IDAI Cabang Kalimantan Timur 36 orang, IDAI Cabang Kepulauan Riau 18 orang, IDAI Cabang Jambi 12 orang, dan IDAI Cabang Kalimantan Barat 13 orang.
Pada saat KONIKA XV 2011 di Manado, Sulawesi Utara, tidak ada IDAI Cabang baru yang disahkan. Saat itu, IDAI mempunyai 20 cabang dengan jumlah anggota yang tercatat sebanyak 2562 orang yang tersebar di 20 IDAI Cabang, yaitu IDAI Cabang D.I. Aceh 39 orang, IDAI Cabang Sumatera Utara 141 orang, IDAI Cabang Sumatera Barat 42 orang, IDAI Cabang Sumatera Selatan 74 orang, IDAI Cabang DKI Jakarta 714 orang, IDAI Cabang Jawa Barat 340 orang, IDAI Cabang Jawa Tengah 236 orang, IDAI Cabang D.I.Yogyakarta 92 orang, IDAI Cabang Jawa Timur 314 orang, IDAI Cabang Bali 122 orang, IDAI Cabang Sulawesi Utara 59 orang, IDAI Cabang Sulawesi Selatan 109 orang, IDAI Cabang Riau 47 orang, IDAI Cabang Lampung 30 orang, IDAI Cabang Banten 69 orang, IDAI Cabang Kalimantan Selatan 31orang, IDAI Cabang Kalimantan Timur 39 orang, IDAI Cabang Kepulauan Riau 29 orang, IDAI Cabang Jambi 16 orang, dan IDAI Cabang Kalimantan Barat 19 orang.
Pada saat KONIKA XVI 2014 di Palembang, Sumatera Selatan, ada IDAI cabang baru yang disahkan yaitu IDAI Cabang Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat itu, IDAI mempunyai 21 cabang dengan jumlah anggota yang tercatat sebanyak 3176 orang yang tersebar di-21 IDAI Cabang, yaitu IDAI Cabang D.I. Aceh 60 orang, IDAI Cabang Sumatera Utara 197 orang, IDAI Cabang Sumatera Barat 54 orang, IDAI Cabang Sumatera Selatan 108 orang, IDAI Cabang DKI Jakarta 748 orang, IDAI Cabang Jawa Barat 444 orang, IDAI Cabang Jawa Tengah 281 orang, IDAI Cabang D.I.Yogyakarta 117 orang, IDAI Cabang Jawa Timur 404 orang, IDAI Cabang Bali 138 orang, IDAI Cabang Sulawesi Utara 77 orang, IDAI Cabang Sulawesi Selatan 152 orang, IDAI Cabang Riau 74 orang, IDAI Cabang Lampung 40 orang, IDAI Cabang Banten 102 orang, IDAI Cabang Kalimantan Selatan 45 orang, IDAI Cabang Kalimantan Timur 51 orang, IDAI Cabang Kepulauan Riau 29 orang, IDAI Cabang Jambi 18 orang, dan IDAI Cabang Kalimantan Barat 24 orang.
Pada saat KONIKA XVII 2017 di Yogyakarta, ada 5 IDAI cabang baru yang disahkan yaitu IDAI Cabang Bengkulu, IDAI Cabang NTB, IDAI Cabang Kalimantan Tengah, IDAI Cabang Papua, dan IDAI Cabang Bangka Belitung. Saat itu IDAI mempunyai 26 cabang dengan jumlah anggota yang tercatat sebanyak 3751 orang yang tersebar di-26 cabang, yaitu IDAI Cabang D.I. Aceh 78 orang, IDAI Cabang Sumatera Utara 250 orang, IDAI Cabang Sumatera Barat 67 orang, IDAI Cabang Sumatera Selatan 114 orang, IDAI Cabang DKI Jakarta 809 orang, IDAI Cabang Jawa Barat 518 orang, IDAI Cabang Jawa Tengah 345 orang, IDAI Cabang D.I.Yogyakarta 132 orang, IDAI Cabang Jawa Timur 441 orang, IDAI Cabang Bali 134 orang, IDAI Cabang Sulawesi Utara 83 orang, IDAI Cabang Sulawesi Selatan 172 orang, IDAI Cabang Riau 96 orang, IDAI Cabang Lampung 54 orang, IDAI Cabang Banten 120 orang, IDAI Cabang Kalimantan Selatan 47 orang, IDAI Cabang Kalimantan Timur 69 orang, IDAI Cabang Kepulauan Riau 36 orang, IDAI Cabang Jambi 27 orang, IDAI Cabang Kalimantan Barat 39 orang, IDAI Cabang NTT 17 orang, IDAI Cabang Bengkulu 13 orang, IDAI Cabang NTB 22 orang, IDAI Cabang Kalimantan Tengah 15 orang, IDAI Cabang Papua 38, dan IDAI Cabang Bangka Belitung 15 orang.
Pada KONIKA XVIII di Jakarta dan Medan ada 4 IDAI Cabang baru yang disahkan, yaitu IDAI Cabang Papua Barat, IDAI Cabang Gorontalo, IDAI Cabang Kalimantan Utara dan IDAI Cabang Sulawesi Tengah. Saat ini IDAI mempunyai 30 cabang dengan jumlah anggota yang tercatat sebanyak 4741 orang yang tersebar di 30 cabang, yaitu IDAI Cabang D. I. Aceh 96 orang, IDAI Cabang Sumatera Utara 284 orang, IDAI Cabang Sumatera Barat 99 orang, IDAI Cabang Sumatera Selatan 127 orang, IDAI Cabang DKI Jakarta 883 orang, IDAI Cabang Jawa Barat 652 orang, IDAI Cabang Jawa Tengah 420 orang, IDAI Cabang D. I. Yogyakarta 164 orang, IDAI Cabang Jawa Timur 550 orang, IDAI Cabang Bali 184 orang, IDAI Cabang Sulawesi Utara 104 orang, IDAI Cabang Sulawesi Selatan 204 orang, IDAI Cabang Riau 116 orang, IDAI Cabang Lampung 64 orang, IDAI Cabang Banten 194 orang, IDAI Cabang Kalimantan Selatan 59 orang, IDAI Cabang Kalimantan Timur 80 orang, IDAI Cabang Kepulauan Riau 44 orang, IDAI Cabang Jambi 41 orang, IDAI Cabang Kalimantan Barat 47 orang, IDAI Cabang NTT 48 orang, IDAI Cabang Bengkulu 21 orang, IDAI Cabang NTB 48 orang, IDAI Cabang Kalimantan Tengah 30 orang, IDAI Cabang Papua 56, IDAI Cabang Bangka Belitung 28 orang, IDAI Cabang Papua Barat 13 orang, IDAI Cabang Gorontalo 13 orang, IDAI Cabang Kalimantan Utara 15 orang, dan IDAI Cabang Sulawesi Tengah 30 orang.
Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia
Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (Kolegium IKAI) adalah badan eksekutif IDAI yang bertugas untuk mengemban tujuan IDAI dalam bidang pendidikan. Cikal bakal Kolegium IKAI dimulai pada saat KONIKA III di Surabaya (1974) dengan nama Dewan Penilai Keahlian (DPK), diketuai oleh Prof. Kwari Satjadibrata (1974-1978) dan sekretaris Dr. IGN. Gde Ranuh. Dalam KONIKA IV 1978 di Yogyakarta, DPK berganti nama menjadi MPPK (Majelis Pembina dan Penilai Keahlian) dengan ketua Dr. IGN. Ranuh (1978 –1984). Pada tahun 1981 MPPK diubah menjadi MPPKKA (Majelis Pembina dan Penilai Keahlian Kesehatan Anak) dengan ketua pengurus harian Prof. DR. Dr. Iskandar Wahidiyat (1984-1990) dan sejak tahun 1990 MPPKKA diubah menjadi MPPDS (Majelis Pembina dan Penilai Dokter Spesialis) dengan ketua Prof. Dr. Sofyan Ismael (1990-1999).
Nama dan organisasi MPPDS resmi diubah (ditransformasi) menjadi Kolegium IKAI pada KONIKA-XI, 1999 di Jakarta dengan ketuanya Prof. Dr. Asril Aminullah. Kolegium IKAI terdiri dari ketua Departemen/Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Negeri, Ketua Program Studi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA), wakil guru besar, dan 4-5 orang dokter spesialis anak konsultan pakar pendidikan yang ditunjuk oleh Ketua Kolegium IKAI. Ketua Kolegium IKAI dikukuhkan oleh sidang organisasi Kongres Ilmu Kesehatan Anak. Pada tahun 2005 pada saat KONIKA XIII di Bandung, Dr. Arwin. A.P. Akib, Sp.A(K) terpilih sebagai ketua Kolegium IKAI periode 2005-2008. Pada tahun 2008 pada saat KONIKA XIV di Surabaya, Dr. Bambang Supriyatno, Sp.A(K) ditetapkan sebagai ketua Kolegium IKAI periode 2008-2011. Pada KONIKA XV Manado, Prof. DR. Dr. Bambang Supriyatno, Sp.A(K) ditetapkan sebagai ketua Kolegium IKAI periode 2011-2014. Pada saat KONIKA XVI Palembang, DR. Dr. Aryono Hendarto, Sp.A(K) ditetapkan sebagai ketua Kolegium IKAI periode 2014 – 2017. Pada saat KONIKA XVII Yogyakarta, DR. Dr. Aryono Hendarto, Sp.A(K) ditetapkan sebagai ketua Kolegium IKAI periode 2017 – 2020, dan masa kepengurusan diperpanjang sebagai hasil dari KONIKA Luar Biasa terkait Pandemi COVID-19, Prof. DR. Dr. Aryono Hendarto, Sp.A(K) (2020-2021). Pada saat KONIKA XVIII di Jakarta dan Medan, dr. Fatima Safira Alatas, Sp.A(K), Ph.D ditetapkan sebagai ketua Kolegium IKAI periode 2021 – 2024.
Kolegium IKAI berperan aktif dalam menyusun, menetapkan, menilai, dan menyempurnakan kurikulum, persyaratan dasar pengembangan pendidikan serta mengevaluasi pendidikan dokter spesialis dan subspesialis Ilmu Kesehatan Anak (IKA) di tingkat nasional. Selain itu Kolegium IKAI memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar IPDSA dapat diakui atas dasar penilaian Kolegium IKAI, menetapkan persyaratan penilaian keahlian melalui komite penguji nasional, pengakuan dan penerimaan lulusan pendidikan dokter spesialis dan subspesialis Ilmu Kesehatan Anak, menilai program adaptasi dokter spesialis anak lulusan luar negeri, administrasi ijazah untuk didaftarkan pada Majelis Dokter Spesialis IDI serta menilai dan membina kemampuan serta pengamalan anggota IDAI dalam hal keahlian ilmu kesehatan anak.
Kurikulum pendidikan dokter spesialis anak pertama kali disusun dan diresmikan pada tahun 1976, kemudian disempurnakan pada tahun 1978 dan 1990. Hasil karya MPPDS antara lain buku panduan (petunjuk pelaksanaan kurikulum 1990), kriteria pengakuan dan jalur pengukuhan dokter spesialis anak dan dokter spesialis anak, evaluasi nasional, badan penguji nasional dan komisi penguji nasional, buku ajar dokter spesialis anak, prosedur baku pelayanan ilmu kesehatan anak, Institusi Pendidikan Dokter Subpesialis Anak, pendidikan kedokteran berkelanjutan, Buku 60 tahun Pendidikan Dokter Spesialis Anak Indonesia, pengembangan Pusat Unggulan, standar nasional pendidikan Spesialis, Subspesialis, fellowship, dan adaptasi.
Susunan Kolegium IKAI terdiri dari : (1) Sidang Pleno Kolegium IKAI, (2) Pengurus Nasional Kolegium IKAI, (3) Pengurus Harian Kolegium IKAI, (4) Komisi-komisi sebagai badan pelengkap Kolegium IKAI (Komisi Kurikulum, Komisi Evaluasi, Komisi Akreditasi dan Mutu, Komisi Pengembangan dan Pembinaan, dan Komisi Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri). Selain komisi, dapat juga dibentuk subkomisi dan panitia khusus sesuai dengan keperluan.
Unit Kerja Koordinasi
Unit Kerja Koordinasi (UKK) adalah badan pelengkap IDAI untuk membina dan mengembangkan subspesialisasi ilmu kesehatan anak, memberikan saran dan petunjuk kepada Pengurus Pusat IDAI dalam kegiatan ilmiah sesuai bidangnya, serta berperan sebagai narasumber dalam pertemuan ilmiah nasional, regional, maupun internasional.
Sebelum ada UKK, beberapa cabang ilmu kesehatan anak membentuk pelbagai badan kerja sama, antara lain Badan Kerja sama Gastroenterologi Anak Indonesia (BKGAI), Badan Kerja sama Neonatologi Indonesia (BKNI), Badan Kerja sama Nefrologi Anak Indonesia (BKNAI), dan Badan Kerja sama Pulmonologi Anak Indonesia (BKPAI). Pimpinan dan para penasehat IDAI waktu itu mengkhawatirkan perkembangan tersebut justru akan melemahkan IDAI dan mengganggu jalannya pelbagai program IDAI.
Untuk itu pada KONIKA-IV 1978 di Yogyakarta disepakati agar setiap subdisiplin dalam ilmu kesehatan anak, membentuk wadah di dalam IDAI yang disebut sebagai Unit Kerja Koordinasi (UKK). Badan kerja sama kemudian dibubarkan dan diubah menjadi UKK, kecuali BKGAI yang bersifat multidisipliner. Keputusan ini terbukti sangat tepat, sehingga sampai sekarang ini perkembangan subdisiplin ilmu kesehatan anak tetap kukuh bersatu tidak terpecah belah.
Pada KONIKA IV (Yogyakarta 1978) disahkan berdirinya UKK Gastroenterologi, UKK Neonatologi, UKK Pediatri Sosial, UKK Pulmonologi, dan UKK Nefrologi. Pada KONIKA V (Medan 1981) disahkan UKK Neurologi, UKK Hematologi, UKK Gizi, dan UKK Kardiologi. Pada KONIKA VI (Denpasar 1984) disahkan UKK Pediatri Gawat Darurat, UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, sedangkan dalam KONIKA VII (Jakarta 1987) tidak ada pembentukan UKK baru. Pada KONIKA VIII (Ujung Pandang 1990) disahkan berdirinya UKK Endokrinologi, UKK Pencitraan, dan UKK Alergi Imunologi.
Selama periode 1987–1990 kegiatan UKK difokuskan untuk penyempurnaan katalog Pendidikan Dokter Spesialis Anak 1978 dan pelaksanaan penelitian multisenter. Selain itu beberapa UKK telah pula membuat kurikulum dokter spesialis anak konsultan dan sekolah dokter spesialis anak konsultan yang dianggap sebagai jenjang tertinggi dalam profesi ilmu kesehatan Anak, yang mulai dikembangkan di dalam Rapat Kerja IDAI 1982 di Bukittinggi.
Sampai tahun 1997 Pengurus Pusat IDAI mempunyai 14 UKK, yaitu: Gastrohepatologi, Neonatologi, Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial, Pulmonologi, Nefrologi, Neurologi, Hematologi, Gizi, Kardiologi, Pediatrik Gawat Darurat, Infeksi & Penyakit Tropis, Endokrinologi, Pencitraan, dan Alergi Imunologi.
Pada Rapat Kerja IDAI tanggal 17-20 Oktober 2002 di Hotel Shangrila Jakarta, telah ditetapkan perubahan nama UKK Hematologi menjadi UKK Hematologi Onkologi dan UKK Gizi menjadi UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Pada KONIKA XIII 2005 Bandung, UKK Pulmonologi berganti nama menjadi UKK Respirologi. Sampai dengan KONIKA XIII 2005, IDAI mempunyai 14 UKK. Pada saat KONIKA XVII 2017 di Yogyakarta, telah ditetapkan perubahan nama UKK Pediatri Gawat Darurat menjadi UKK Emergensi dan Rawat Intensif Anak.
Badan Penerbit
Badan Penerbit IDAI adalah badan pelengkap yang bertugas melaksanakan semua penerbitan IDAI, bersama Kolegium IKAI dan IDAI Cabang memotivasi dan membantu anggota IDAI untuk meningkatkan penulisan ilmiah, serta mengadakan kerja sama, tukar menukar majalah dengan penerbitan dalam dan luar negeri.
Penerbitan di kalangan IDAI dimulai tahun 1960 berjudul Berita Anak, dengan redaktur Prof. Te Bek Siang dibantu Dr. Samsudin, yang sempat terbit 3 kali. Sejak tahun 1961 terbit jurnal Ilmu Kesehatan Anak, Paediatrica Indonesiana yang berbahasa Inggris, dengan pemimpin redaksi Prof. Sutedjo sampai tahun 1975, yang terbit 6 kali setahun sampai sekarang.
Sejak KONIKA III 1974 di Surabaya, dibentuk Majelis Majalah (diketuai Dr. Samsudin) yang membawahi penerbitan di dalam IDAI. Pada KONIKA VIII 1990 (di Ujung Pandang), Majelis Majalah diubah menjadi Badan Penerbit IDAI sampai sekarang. Badan penerbit menerbitkan 3 majalah IDAI yaitu Paediatrica Indonesiana, Sari Pediatri, dan Buletin IDAI. Paediatrica Indonesiana diterbitkan pertama kali pada tahun 1974. Pada Januari 1994 diterbitkan Sari Pediatri yang berbahasa Indonesia, terbit 4 kali setahun, untuk menyebarluaskan teori, konsep, serta kemajuan di bidang pediatri kepada dokter spesialis anak dan dokter umum di seluruh Indonesia. Buletin IDAI terbit sejak tahun 1998, sebagai media komunikasi dan informasi antar anggota IDAI yang berisi berita organisasi, tentang anggota, artikel ilmiah ringan dan artikel lain yang berhubungan dengan IDAI dan kesehatan anak
Pada KONIKA XVIII di Jakarta dan Medan, telah ditetapkan bahwa Badan Penerbit bukan merupakan bagian dari Badan Pelengkap PP IDAI lagi, namun merupakan badan khusus organisasi yang dibentuk oleh Pengurus Pusat.
Logo dan Himne
Logo IDAI disahkan dalam KONIKA VII di Jakarta pada tahun 1987. Gambar utama logo berupa kuncup bunga yang sedang mekar berwarna hijau, yang melambangkan kesuburan dan harapan agar anak dapat bertumbuh serta berkembang dengan baik. Gambar kedua adalah gambar ular yang melilit tongkat dengan dasar yang berwarna kuning, lambang kemuliaan, yang mencerminkan ilmu dan teknologi kedokteran sebagai salah satu unsur utama ilmu kesehatan anak. Untaian kata Ikatan Dokter Anak Indonesia, yakni nama organisasi yang merupakan wadah tunggal bagi dokter spesialis anak di Indonesia. Bersamaan dengan peresmian logo tersebut, diresmikan pula himne IDAI ciptaan N. Simanungkalit.
Penghargaan IDAI
IDAI memberikan 5 jenis penghargaan kepada dokter spesialis anak yang berprestasi dalam bidang kesehatan anak. Penghargaan R. Sutedjo diberikan kepada anggota IDAI yang prestasi kemasyarakatannya menonjol dalam bidang kesehatan anak. Penghargaan R. Kwari Satjadibrata untuk anggota IDAI yang prestasi keilmuannya menonjol. Penghargaan A.H. Markum untuk anggota IDAI yang penulisan ilmiahnya mencapai prestasi tinggi. Penghargaan Mas Hidayat untuk lembaga atau perorangan bukan dokter spesialis anak yang berprestasi/berjasa dalam kesehatan anak, sedangkan penghargaan kehormatan IDAI diberikan kepada anggota IDAI yang telah berjasa mengembangkan organisasi IDAI. Selain itu, pada keadaan tertentu misalnya bencana alam, diberikan juga penghargaan khusus bagi anggota IDAI yang memberikan sumbangan luar biasa. Bentuk penghargaan lain yang bersifat insidental adalah penghargaan pada tim relawan bencana atau “champion” imunisasi atau kegiatan lain yang dianggap penting.