Tips Mencegah Sibling Rivalry

Setiap orangtua pasti menginginkan anak-anaknya untuk selalu rukun. Namun, anak-anak seringkali bertengkar karena berbagai sebab. Hal ini disebut sibling rivalry dan merupakan hal yang cukup sering terjadi pada anak. Sibling rivalry merupakan suatu tahap yang mendukung perkembangan sosial dan emosional anak. Frekuensi dan beratnya perselisihan tergantung pada perbedaan usia, kepribadian anak, usia, dan cara orangtua menghadapi hal tersebut. Anak yang lebih muda umumnya lebih kompetitif; hal ini akan berkurang saat anak bertambah usia. Anak dengan jarak usia yang dekat juga memiliki risiko lebih besar untuk berselisih. Anak yang berselisih bukan kesalahan orangtua atau pengasuh. Perselisihan dapat terjadi karena berbagai sebab yang berbeda antar anak dan keluarga. Umumnya, perselisihan terjadi karena mencari perhatian orangtua, mencari kedudukan tertentu dalam keluarga, memperebutkan barang, teman, atau waktu orangtua.

Sibling rivalry dapat terjadi pada anak dengan adiknya yang baru lahir atau pada dua saudara pada usia berapapun. Untuk mengatasi kedua jenis sibling rivalry tersebut diperlukan pendekatan yang berbeda. Sibling rivalry seorang anak dengan adiknya yang baru lahir dapat diatasi dengan cara berikut:

  • Mendorong anak untuk memiliki teman-teman sebelum adiknya lahir.
  • Membuat anak yang lebih tua tetap merasa penting dalam keluarga.
  • Tunjukkan rasa menghormati terhadap barang anak yang dianggap berharga. Beritahu kepada anak jika barangnya akan dipinjam atau digunakan untuk adiknya.
  • Berilaku dan bertutur kata secara baik.
  • Menunjukkan dan mengajarkan empati kepada anak agar anak dapat menerima adik barunya dengan baik.
  • Meluangkan waktu bersama masing-masing anak secara rutin. Hal ini penting untuk membangun rasa percaya dan aman pada diri masing-masin adank. Waktu bersama dapat dilakukan saat kegiatan sederhana, seperti membaca, berjalan-jalan, atau melakukan kegiatan rumah tangga.

Untuk sibling rivalry pada kakak-beradik di usia yang lebih besar, dapat diterapkan beberapa tips berikut:

  • Masing-masing anak perlu diperlakukan sebagai individu yang berbeda sesuai karakternya. Karena masing-masing anak memiliki sifat yang unik, maka anak sebaiknya tidak selalu diperlakukan dengan pendekatan yang sama.
  • Berikan pujian saat anak-anak rukun. Gunakan kalimat yang jelas agar anak tahu perilaku apa yang baik dan terpuji.
  • Tunjukkan kasih sayang melalui kata-kata dan perbuatan.
  • Berikan waktu agar anak dapat bermain sendiri atau bersama teman.
  • Ciptakan suasana rumah yang menyenangkan dan suportif, termasuk tempat untuk bermain.
  • Bimbing anak untuk menyatakan perasaan dan pendapatnya dengan baik.
  • Ajarkan anak untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah.

Selain itu, terdapat beberapa hal yang sebaiknya dihindari orangtua dalam menghadapi sibling rivalry:

  • Jangan membanding-bandingkan anak dengan kakak, adik, atau temannya.
  • Jangan membela salah satu anak secara khusus. Memiliki kedekatan tertentu dengan salah satu anak merupakan hal yang wajar, namun jangan tunjukkan hal ini secara terang-terangan karena dapat memicu kecemburuan dan kebencian pada anak lainnya.
  • Jangan memberikan privasi berlebihan kepada anak, seperti memberikan televisi pada masing-masing kamar anak. Hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk belajar memecahkan masalah dan bernegosiasi.
  • Jangan memaksakan anak untuk memiliki teman-teman yang sama. Dorong anak untuk memiliki hubungan pertemanan sendiri.
  • Jangan memaksa anak untuk meminta maaf jika ia tidak merasa bersalah. Hal ini hanya mendorong anak untuk berbohong. Orangtua sebaiknya memberikan waktu agar kemarahan anak dapat mereda dan mendorong anak untuk mencari solusi dari masalah asal.

Sibling rivalry yang berlebihan dan melibatkan perilaku agresif seperti berteriak terus-menerus, melempar barang, menyakiti secara fisik, atau menghina secara berlebihan memerlukan penanganan oleh dokter ahli. Sibling rivalry yang tidak diatasi dengan baik dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan kemarahan pada saat dewasa.

 

Penulis: dr. Natharina Yolanda

Reviewer : Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K).

Artikel ditulis berdasarkan wawancara dengan Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K).

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Referensi

  1. Boyse K. Sibling rivalry. Univeristy of Michigan, 2011. Tersedia online: http://www.med.umich.edu/yourchild/topics/sibriv.htm.
  2. Brennn D. Sibling rivalry. WebMD Parenting Guide, 2016. Tersedia online: http://www.webmd.com/parenting/guide/sibling-rivalry#1.
  3. Stephens K. Sibling rivalry: ways to help children manage it. Parenting Exchange, 2007. Tersedia online: http://www.easternflorida.edu/community-resources/child-development-centers/parent-resource-library/documents/sibling-rivalry.pdf.
  4. Zolten K, Long N. Sibling rivalry among older children. Department of Pediatrics, Uiversity of Arkansas for Medical Sciences, 2006. Tersedia online: http://www.parenting-ed.org/handouts/sibling%20rivalry.pdf.

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.