Lembar Fakta Poliomielitis, Rubela, dan Campak

 

Lembar Fakta

Poliomielitis

Diperbaharui pada  24 April 2016

Fakta kunci:

  • Polio (poliomielitis) terutama menyerang anak usia kurang dari 5 tahun.
  • 1 dari 200 kejadian infeksi menyebabkan paralisis irreversibel. 5-10% di antaranya meninggal ketika otot pernapasan lumpuh.
  • Kasus polio telah menurun sampai lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari 350.000 kasus sampai 74 kasus yang dilaporkan pada tahun 2015. Penurunan angka ini merupakan hasil dari usaha global dalam mengeradikasi polio.
  • Saat ini hanya 2 negara (Afganistan dan Pakistan) yang masih endemis polio, turun dari 125 negara pada tahun 1988.
  • Selama seorang anak terinfeksi polio, seluruh anak di dunia berisiko terinfeksi polio. Kegagalan dalam mengeradikasi polio dapat mengakibatkan timbulnya 200.000 kasus baru tiap tahunnya dalam 10 tahun, di seluruh dunia.
  • Kapasitas usaha global ini telah diperluas di banyak negara dalam mengatasi penyakit infeksi lainnya dengan membangun sistem imunisasi dan survailans yang efektif.

 

Polio dan Gejalanya

Polio adalah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Polio menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam. Virus polio ditularkan dari orang-ke-orang melalui fekal-oral, atau lebih jarang, melalui air atau makanan yang terkontaminasi dan berkembang biak di usus. Gejala awal berupa demam, lelah, nyeri kepala, muntah, kaku kuduk, dan nyeri pada anggota tubuh. Satu dari 200 kejadian infeksi menyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya pada tungkai). 5-10% di antaranya meninggal akibat otot pernapasan lumpuh.

 

Populasi Paling Berisiko

Polio (poliomielitis) terutama menyerang anak usia kurang dari 5 tahun.

 

Pencegahan

Polio hanya dapat dicegah, tidak ada pengobatan untuk polio. Vaksin polio yang diberikan beberapa kali dapat melindungi seorang anak dari polio seumur hidupnya.

 

Beban Kasus Global

Kasus polio telah menurun sebanyak lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari 350.000 kasus di 125 negara endemis, sampai 74 kasus yang dilaporkan dari 2 negara endemis pada tahun 2015.

Hanya 2 negara yang masih merupakan daerah endemis polio – wilayah geografis terkecil sepanjang sejarah. Dari 3 tipe virus polio liar (tipe 1, tipe 2, tipe 3), virus polio liar tipe 2 telah berhasil dieradikasi pada tahun 1999 dan jumlah kasus yang dilaporkan akibat virus polio liar tipe 3 telah menurun sangat drastis ditandai dengan tidak adanya laporan kasus sejak sebuah kasus di Nigeria bulan November 2012.

 

Respons Badan Kesehatan Dunia (WHO)

Peluncuran Inisiatif Eradikasi Polio Global

Pada tahun 1988, Majelis Kesehatan Dunia (WHA) ke-41 membuat sebuah resolusi eradikasi polio di dunia. Ditandai dengan diluncurkannya Global Polio Eradication Initiative (GPEI), dipelopori oleh pemerintah, WHO, Rotary International, CDC, UNICEF, dan didukung oleh Bill and Melinda Gates Foundation. Hal ini diikuti dengan sertifikasi eradikasi variola (smallpox) pada tahun 1980 dan eliminasi virus polio di Amerika dalam proses, komitmen dari Rotary International adalah untuk mengumpulkan dana untuk melindungi anak-anak dari penyakit.

 

Perkembangan

Sejak peluncuran GPEI, jumlah kasus polio menurun lebih dari 99%. Saat ini hanya tersisa 2 negara endemis polio: Pakistan dan Afganistan.Pada tahun 1994, WHO wilayah Amerika disertifikasi bebas polio, diikuti WHO wilayah Pasifik Barat pada tahun 2000 dan wilayah Eropa pada Juni 2002. Pada tanggal 27 Maret 2014, WHO wilayah Asia Tenggara disertifikasi bebas polio, yang berarti penularan virus polio liar telah putus sepanjang 11 negara dari Indonesia sampai India. Pencapaian ini menandakan perkembangan penting dalam eradikasi global, dengan 80% populasi dunia saat ini hidup di wilayah bebas polio.

Dari 3 tipe virus polio liar (tipe 1, tipe 2, tipe 3), virus polio liar tipe 2 telah berhasil dieradikasi pada tahun 1999.

Hari ini lebih dari 15 juta orang yang berisiko lumpuh akibat polio dapat berjalan. Sekitar 1,5 juta kematian anak dapat dicegah dengan pemberian vitamin A selama kegiatan imunisasi polio.

 

Kesempatan dan Risiko: Pendekatan Darurat

Strategi terbaik dalam eradikasi polio adalah dengan melaksanakannya. Hal ini dengan jelas ditunjukkan dengan kesuksesan India mengeradikasi polio pada Januari 2011, secara teknis dapat dikatakan sebagai negara yang sangat menantang dalam pelaksanaannya, dan seluruh Asia Tenggara disertifikasi bebas polio pada Maret 2014.

Kegagalan implementasi pendekatan strategis menyebabkan transmisi virus, seperti yang terjadi di Pakistan dan Afganistan. Kegagalan dalam menghentikan polio di 2 negara ini menyebabkan 200.000 kasus baru setiap tahun dalam 10 tahun di seluruh dunia.

Menyadari kesempatan dan kemungkinan kegagalan berisiko, “Polio Eradication and Endgame Strategic Plan 2013-2018” dikembangkan dan didiskusikan dengan negara yang terkena dampak polio, pemegang saham, donatur, mitra, dan badan penasihat nasional dan internasional. Rencana baru dipresentasikan pada Konferensi Vaksin Global (Global Vaccine Summit) di Abu Dhabi, Arab, pada akhir April 2013. Hal ini merupakan rencana pertama dalam mengeradikasi seluruh jenis penyakit polio pada waktu bersamaan – keduanya akibat dari virus polio liar dan akibat virus polio derivat vaksin.

 

Keuntungan Eradikasi Polio di Masa Depan

Dunia dapat merayakan keuntungan dari eradikasi polio yang memberikan keuntungan sama rata kepada seluruh individu di mana pun berada. Eradikasi polio setidaknya akan menghemat 40-50 miliar USD selama 20 tahun ke depan, kebanyakan di negara-negara dengan penghasilan rendah. Yang terpenting tidak akan ada anak-anak yang akan menderita kelumpuhan akibat polio.

Sumber: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs114/en/

 

Lembar Fakta

Rubela

Fakta

 

  • Rubela adalah penyakit menular, umumnya berupa infeksi virus ringan yang sering terjadi pada anak dan dewasa muda
  • Infeksi rubela pada wanita hamil kemungkinan dapat menyebabkan kematian janin atau kelainan kongenital yang dikenal sebagai Sindrom Rubela Kongenital (SRK)
  • Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 100 000 bayi yang lahir dengan SRK setiap tahunnya
  • Tidak ada perawatan yang spesifik untuk rubela tetapi penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi 

Rubela adalah penyakit akut, menular akibat infeksi virus. Biasanya penyakit ini ringan pada anak, pada wanita hamil penyakit ini dapat berbahaya karena  menyebabkan kelainan kongenital yang dikenal sebagai Sindrom Rubela Kongenital (SRK).

Virus rubela dapat menular melalui percikan droplet di udara ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk.

 

Gejala

Pada anak, umunya penyakit ini ringan, dengan gejala seperti ruam, demam ringan (<39OC), mual dan konjungtivitis yang ringan. Ruam ditemukan pada 50-80% kasus, biasanya diawali dari wajah dan leher sebelum menyebar ke badan, dan berlangsung selama 1-3 hari. Pembesaran kelenjar limfa dibelakang kedua telinga dan leher merupakan gejala klinis yang paling terlihat. Orang dewasa yang terinfeksi, lebih sering pada wanita, kemungkinan akan timbul artritis dan nyeri pada persendian yang biasanya berlangsung selama 3-10 hari.

Setelah seseorang terinfeksi, virus menyebar ke seluruh tubuh sekitar 5-7 hari. Gejala biasanya baru akan muncul 2 sampai 3 minggu setelah terinfeksi. Periode paling menular biasanya infeksi biasanya pada hari ke 1-5 setelah mulcul gejala ruam.

Ketika seorang wanita terinfeksi virus rubela pada awal kehamilan, ia memiliki 90% kemungkinan menularkan virus ke janinnya. Kejadian ini dapat menyebabkan keguguran, kematian saat lahir atau kelainan kongenital berat yang dikenal sebagai SRK. Bayi dengan SRK kemungkinan menularkan virus selama satu tahun atau lebih.

 

Sindrom rubela kongenital(SRK)

Anak dengan SRK dapat menderita gangguan pendengaran, kelainan mata dan jantung dan cacat lainnya seumur hidup, termasuk autisme, diabetes mellitus, dan disfungsi tiroid – yang membutuhkan biaya terapi cukup mahal, operasi dan perawatan mahal lainnya.

Resiko paling rentan yang dapat menyebabkan SRK adalah negara-negara di mana wanita usia subur tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit (baik melalui vaksinasi atau telah terinfeksi rubela). Sebelum mengenal vaksin, sebanyak 4 bayi dari 1000 kelahiran mengalami sindrom rubela kongenital.

Vaksinasi rubela selama dekade terakhir telah mengeliminasi rubela dan SRK di beberapa negara berkembang. Pada april 2015, WHO Amerika menjadi wilayah pertama di dunia yang menyatakan bebas dari transmisi endemik rubela.Tingkat kejadian SRK sangat tinggi di WHO wilayah Afrika dan Asia Tenggara di mana cakupan vaksin rendah.

 

Vaksinasi

Vaksin rubela adalah strain hidup yang dilemahkan yang telah digunakan lebih dari 40 tahun. Dosis tunggal dapat memberikan kekebalan tubuh lebih dari 95%, sesuai dengan infeksi yang didapatkan secara natural.

Vaksin rubela tersedia dalam sediaan monovalen (vaksin ditujukan hanya pada satu patogen) atau lebih umum dalam sediaan kombinasi dengan vaksin lain seperti vaksin campak atau measles (MR), measles dan gondongan atau mumps (MMR) atau measles, mumps, dan varicela (MMRV).

Kejadian ikutan pasca imuniasi umumnya ringan. Beberapa kemungkinan seperti nyeri dan kemerahan pada tempat suntikan, demam ringan, ruam, dan nyeri otot. Kampanye imunisasi di wilayah Amerika melibatkan 250 juta remaja dan orang dewasa yang telah teridentifikasi tidak mengalami reaksi serius yang berhubungan dengan vaksin.

 

Respons WHO

WHO merekomendasikan ke semua negara yang tidak memiliki vaksin rubela untuk mempertimbangkan menggunakan vaksin yang ada, dengan mengadakan program imunisasi campak. Saat ini, tiga wilayah WHO telah mengadakan eliminasi penyebab kelainan saat lahir.

Pada April 2012, Measles Initiative – yang dikenal saat ini Measles & Rubella Initiative - meluncurkan rencana strategi global campak dan rubela yang baru untuk periode 2012-2020. Rencana tersebut juga mencakup tujuan baru secara global untuk tahun 2015 dan 2020.

 

Pada akhir 2015

  • Mengurangi angka kematian akibat campak secara global paling sedikit 95% dibandingkan angka kematian pada tahun 2000
  • Mencapai tujuan eliminasi campak dan rubela/sindrom rubela kongenital

 

Pada akhir tahun 2020

  • Mencapai eliminasi campak dan rubela paling sedikit 5 wilayah WHO

 

Terdapat strategi yang diimplementasikan berdasarkan 5 komponen:

  1. Mencapai dan mempertahankan kualitas vaksin yang mengandung vaksin campak dan rubela
  2. Memantau dan mengevaluasi program  untuk  memastikan kemajuan dan dampak positif dari vaksinasi
  3. Mengembangkan dan mempertahankan kesiapan apabila terjadi wabah, respons yang cepat terhadap wabah, dan terapi yang efektif
  4. Menjelaskan dan melibatkan masyarakat untuk membangun kepercayaan dan permintaan imunisasi 

 

Menjalankan strategi yang sudah direncanakan dapat menjaga dan meningkatkan angka hidup anak dan ibu di dunia secara cepat dan bertahan. Rencana yang diajukan berupa stategi untuk negara yang mengurus imunisasi, bekerja dengan mitra dari dalam dan luar negeri, untuk mencapai tujuan yaitu mengeliminasi campak dan rubela tahun 2015 dan 2020. Dalam setahun membangun pengalaman dalam menjalankan program imunisasi dan menggabungkan penjelasan untuk mengontrol campak dan eradikasi polio.

Salah satu anggota Measles & Rubella Initiative, WHO mengajukan dukungan teknis kepada pemerintah dan komunitas yang meningkatkan program imunisasi secara rutin dan mempertahankan target kampanye vaksinasi. Sebagai tambahan, WHO Global Measles and Rubella Laboratory Network membantu mendiagnosis kasus rubela dan SRK dan mengikuti penyebaran virus rubela.

Sumber: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs367/en/

 

Lembar Fakta

Campak

Fakta

  • Campak merupakan salah satu dari penyebab kematian utama pada anak –anak walaupun vaksin campak yang aman dan terjangkau sudah tersedia.
  • Pada tahun 2014, ada 114.900 kematian akibat campak, sekitar 314 kematian setiap hari atau 13 kematian setiap jam
  • Vaksinasi campak menurunkan 79%  angka kematian akibat campak antara tahun 2000 dan 2014 di seluruh dunia
  • Pada tahun 2014, sekitar 85% dari anak- anak di dunia mendapat dosis pertama vaksin campak pada hari ulang tahun pertama mereka melalui pelayanan kesehatan rutin-meningkat dari angka 73% pada tahun 2000.
  • Selama tahun 2000-2014, vaksinasi campak diperkirakan mencegah angka kematian sampai angka 17,1  juta. Hal ini menyebabkan vaksin campak banyak dibeli oleh pelayanan masyarakat.

Campak adalah penyakit yang menular dan serius disebabkan oleh virus. Pada tahun 1980, sebelum vaksinasi tersebar luas, campak menjadi penyebab kurang lebih 2,6 juta kematian setiap tahun.

Penyakit campak masih menjadi penyebab utama kematian bagi anak- anak walaupun sudah tersedia vaksin yang aman dan efektif. Kurang lebih 114.900 orang meninggal akibat campak pada tahun 2014—sebagian besar adalah anak di bawah usia 5 tahun.

Campak disebabkan oleh virus yang termasuk keluarga paramyxovirus dan virus ini menyebar melalui kontak langsung dan melalui udara. Virus menginfeksi mukosa membran, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Campak merupakan penyakit yang terjadi pada manusia dan tidak pernah ditemukan kasus pada hewan.

Perkembangan imunisasi memiliki peran yang besar dalam menurunkan angka kematian akibat campak. Selama tahun 2000-2014, vaksinasi campak mencegah kematian 17,1 juta. Secara global, terjadi penurunan kematian akibat campak sebesar 79% dari angka 546.800 pada tahun 2000 menjadi 114.900 pada tahun 2014.

 

Gejala dan Tanda

Tanda awal dari penyakit campak yaitu adanya demam tinggi, yang terjadi 10-12 hari setelah pajanan terhadap virus, dan biasanya durasi demam yaitu 4-7 hari. Hidung berair, batuk, mata merah dan berair, dan bintik putih kecil pada bagian dalam pipi biasanya muncul pada fase pertama perjalanan penyakit. Setelah beberapa hari, ruam merah bermunculan, biasanya pada bagian wajah dan leher bagian atas. Tiga hari kemudian, ruam tersebut menyebar, termasuk ke bagian tangan dan kaki. Ruam tersebut baru hilang setelah 5 sampai 6 hari. Dapat disimpulkan ruam ruam muncul 14 hari setelah pajanan terhadap virus (rata- rata dalam 7-18 hari).

Sebagian besar kematian akibat campak disebabkan oleh komplikasi dari penyakit tersebut. Komplikasi lebih sering terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun, atau pada dewasa di atas usia 20 tahun. Komplikasi serius termasuk kebutaan, ensefalitis (infeksi yang menyebabkan pembengkakan otak), diare berat dan dehidrasi, infeksi telinga, atau infeksi saluran pernafasan yang serius misalnya pneumonia. Campak yang berat lebih mungkin terjadi pada anak yang kekurangan gizi, terutama pada anak dengan defisiensi vitamin A, atau yang mengalami kelemahan sistim imunitas karena terinfeksi HIV/AIDS atau penyakit lainnya.

Pada populasi dengan tingkat malnutrisi tinggi dan kurangnya pelayanan kesehatan, 10% kasus campak berakhir pada kematian. Wanita yang terinfeksi saat hamil juga berisiko untuk mengalami komplikasi serius dan kehamilan dapat berakhir dengan keguguran atau kelahiran prematur. Orang yang sembuh dari campak akan memiliki imunitas di sepanjang sisa hidupnya.

 

Siapa yang berisiko terkena campak?

Anak-anak yang belum mendapat vaksinasi campak berisiko tinggi terkena campak dan komplikasinya, termasuk kematian. Wanita hamil yang belum mendapat vaksinasi campak juga berisiko. Selain itu, setiap orang yang tidak memiliki imunitas (yaitu yang belum divaksinasi atau sudah divaksinasi tetapi imunitasnya belum terbentuk) juga berisiko.

Campak masih banyak terjadi di negara-negara berkembang khususnya di Afrika dan Asia. Sebagian besar kematian akibat campak (lebih dari 95%) terjadi pada negara dengan pendapatan per kapita rendah dan pelayanan kesehatan yang buruk.

Kejadian luar biasa campak dapat terjadi khususnya pada negara yang baru mengalami bencana alam atau konflik. Adanya gangguan infrastruktur pada pelayanan kesehatan menghambat kegiatan imunisasi rutin, dan padatnya populasi pada daerah pengungsian meningkatkan risiko penularan.

 

Transmisi

Virus menyebar melalui proses batuk dan bersin, kontak dengan penderita, atau kontak langsung dengan hidung yang terinfeksi atau lendir dari tenggorokan.Virus tetap aktif dan menular di udara atau permukaan yang terinfeksi sampai 2 jam. Virus dapat ditransmisikan oleh orang yang terinfeksi mulai dari 4 hari sebelum munculnya ruam sampai 4 hari ruam muncul.

Kejadian luar biasa campak dapat berakhir pada epidemi yang menyebabkan kematian terutama pada anakdengan kekurangan gizi. Di negara-negara di mana campak sudah dinyatakan tereliminasi, negara lain yang masih terdapat campak dapat menjadi sumber infeksi.

 

Tata laksana

Tidak ada pengobatan spesifik untuk virus campak. Komplikasi serius dari campak dapat dicegah melalui perawatan suportif yang memastikan kecukupan nutrisi, asupan cairan, dan tata laksana dehidrasi dengan cairan rehidrasi oral yang telah direkomendasikan oleh WHO. Cairan ini menggantikan cairan dan elemen penting lainnya yang hilang karena diare dan muntah. Antibiotik sebaiknya diresepkan untuk mengatasi infeksi mata dan  telinga dan pneumonia.

Semua anak di negara berkembang yang didiagnosis menderita campak sebaiknya mendapat dua dosis vitamin A, yang diberikan dengan jeda waktu 24 jam. Pemberian suplemen vitamin A ini untuk mengisi kekurangan vitamin A selama campak yang dapat terjadi bahkan pada anak- anak dengan gizi baik dan dapat mencegah kerusakan mata dan kebutaan. Suplemen vitamin A dapat mengurangi angka kematian akibat campak sampai 50%.

 

Pencegahan

Vaksinasi rutin campak untuk anak, dikombinasikan dengan kampanyeluas imunisasi di negara-negara dengan angka kejadian campak dan kematiannya tinggi merupakan strategi kesehatan masyarakat untuk mengurangi kematian akibat campak. Vaksin campak sudah digunakan selama lebih dari 50 tahun. Vaksin ini aman, efektif dan harganya terjangkau. Biaya yang dikeluarkan untuk memberikan vaksinasi campak untuk satu orang anak yaitu satu dolar Amerika.

Vaksin campak sering digabung dengan vaksin rubela dan mumps atau gondongan pada negara – negara di mana rubela dan gondongan masih menjadi masalah. Efektivitas vaksin yang sendiri atau yang dikombinasikan sama. Menambahkan rubela pada vaksin campak hanya menyebabkan sedikit penambahan biaya.

Pada tahun 2014, sekitar 85% dari anak di dunia mendapat satu dosis vaksin campak pada hari ulang tahun pertama mereka melalui program imunisasi rutin—angka ini meningkat dari angka 73% pada tahun 2000. Dua dosis vaksin direkomendasikan untuk meningkatkan imunitas dan mencegah kejadian luar biasa, sekitar 15% anak yang mendapat vaksinasi campak pertama belum memiliki imunitas.

 

Respons WHO

Pada tahun 2010, World Health Assembly membangun 3 langkah eradikasi campak  yang ditargetkan tercapai pada tahun 2015:

  • Meningkatkan cakupan rutin dengan vaksin campak dosis pertama  sampai lebih dari 90% pada tingkat nasional dan lebih dari 80% di setiap distrik atau tingkat yang sama pada anak di bawah satu tahun.
  • Menurunkan insidens campak pertahun sampai mencapai kurang dari 5 kasus per juta dan
  • Menurunkan angka estimasi mortalitas akibat campak sampai 95% pada tahun 2000

Pada tahun 2014, usaha dunia untuk meningkatkan cakupan vaksin berhasil menurunkan angka kematian sampai 79%. Selama tahun 2000-2014, dengan dukungan dari Measles and Rubella Initiative, vaksinasi campak mencegah angka kematian sampai 17,1 juta. Selama tahun 2014, sekitar 219 juta anak mendapat vaksinasi pada program kampanye vaksinasi massa di 28 negara. Seluruh wilayah WHO saat ini menetapkan tujuan untuk mengeliminasi penyakit yang mematikan ini pada tahun 2020.

 

The Measles & Rubella Initiative

Diluncurkan pada tahun 2001, The Measles & Rubella Initiative (M&R Initiative) merupakan bentuk kerja sama yang dipimpin oleh American Red Cross, United Nation Foundations, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), UNICEF, dan WHO. The M&R Initiative dibentuk untuk meyakinkan bahwa tidak ada anak yang meninggal akibat campak atau lahir dengan sindrom rubela kongenital, mengurangi kematian akibat campak sampai 95% pada 2015; dan mengeliminasi campak dan rubela setidaknya pada 5 wilayah WHO pada tahun 2020.

 

The Measles & Rubella Initiative

Rencana Strategi Campak dan Rubela 2012-2020

Pada tahun 2012, M&R Initiative meluncurkan sebuah rencana strategi baru untuk campak dan rubela yang dilaksanakan pada periode 2012-2020. Rencana tersebut meliputi strategi yang jelas untuk pengaturan imunisasi negara- negara, bekerja dengan mitra domestik dan internasional, untuk mencapai tujuan eliminasi campak dan rubela pada tahun 2015 dan 2020.

Pada akhir tahun 2015, rencana tersebut memiliki tujuan:

  • Untuk mengurangi kematian akibat campak setidaknya 95% dibandingkan pada tahun 2000
  • Untuk mencapai eliminasi sindrom congenital rubela/campak

Pada akhir tahun 2020 tujuan yang dicapai yaitu:

  • Untuk mencapai eliminasi campak dan rubela setidaknya pada 5 wilayah WHO

Strategi berfokus pada implementasi dari 5 komponen inti berikut:

  • Menerima dan mempertahankan cakupan yang tinggi dari vaksinasi dengan dua dosis vaksin campak dan rubela
  • Memantau penyakit dengan surveilans yang efektif dan mengevaluasi perkembangan program untuk memastikan perkembangan dan dampak positif dari kegiatan vaksinasi
  • Membangun dan mempertahankan persiapan terjadinya kejadian luar biasa, tanggapan yang cepat terhadap kejadian luar biasa dan tata laksana yang efektif
  • Komunikasi untuk membangun kepercayaan diri masyarakat umum dan permintaan terhadap imunisasi
  • Mengadakan penelitian dan pengembangan yang dibutuhkan untuk mendukung aksi yang hemat dan memperbaiki alat untuk vaksinasi dan diagnostik.

 

Strategi Rencana Global terhadap Campak dan Rubela 2012-2020

Berdasarkan cakupan terhadap vaksinasi campak dan angka terjadinya insidens, SAGE menyimpulkan bahwa langkah global 2015 dan eliminasi campak tidak akan tercapai tepat waktu. Campak sangat menular sehingga usaha yang keras untuk mempertahankan tingkat kontrol yang sudah ada sekarang. Peningkatan cakupan vaksinasi di Republik Kongo, Etiopia, India, dan negara-negara lain dengan beban tinggi membutuhkan perubahan pada kebijakan yang dapat mencegah vaksinasi pada anak usia 12 tahun atau lebih.

Sumber: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.