Setelah vaksinasi campak dan MMR, apa yang dapat terjadi pada bayi ?
Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak dan MMR berupa rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul 5 - 12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari 48 jam yaitu demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus / tipis yang tidak menular, pilek. Pembengkakan kelenjar getah bening kepala dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi MMR. Orangtua / pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam
24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah bayi/anak ke dokter.
Bayi yang pernah sakit campak apakah perlu divaksin campak pada umur 9 bulan ?
Boleh. Karena beberapa penyakit virus lain gejalanya mirip campak, sehingga orangtua bahkan dokter keliru, bahwa penyakit yang disebabkan oleh virus lain dianggap sebagai
campak. Seandainya benar-benar pernah menderita campak, bayi tetap boleh diberikan vaksin campak, tidak merugikan bayi, karena kekebalannya hanya bertahan beberapa tahun. Oleh karena itu semua anak balita dan usia sekolah di daerah yang banyak kasus campak dan cakupan imunisasinya masih rendah harus mendapat imunisasi campak ulangan (penguat) agar kekebalannya bisa berlangsung lama.
Apakah imunisasi MMR menyebabkan anak menderita autisme ?
Sampai saat ini belum ada bukti yang menyokong bahwa imunisasi (jenis imunisasi apapun) dapat menyebabkan autisme. Badan Kesehatan Dunia (WHO) maupun Departemen Kesehatan tetap merekomendasikan pemberian imunisasi sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia
Penulis : Soedjatmiko, Alan R. Tumbelaka