Setiap Habis Makan kok Buang Air Besar (BAB) ?

Buang Air Besar (BAB) atau Defekasi merupakan salah satu aktivitas manusia yang harus dilalui di dalam kehidupan sehari-harinya. Pola defekasi pada anak sangat bervariasi dan sangat bergantung pada fungsi organ, susunan saraf, pola makan, serta usia anak. Menilai pola defekasi pada anak berarti menilai frekuensi defekasi, konsistensi dan warna tinjanya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara di Amerika, Eropa, dan Asia-Pasifik diketahui bahwa terjadi penurunan frekuensi defekasi sesuai dengan bertambahnya usia anak, sedangkan perubahan konsistensi dan warna tinja sesuai dengan pola makan. Sejauh ini belum pernah dilaporkan tentang pola defekasi pada anak Indonesia. Menyadari pentingnya Buang Air Besar (BAB) pada anak, banyak masalah sering dikeluhkan orang tua. Sehingga timbulah pertanyaan “Setiap habis makan, kok buang air besar (BAB)?”

Apakah yang terjadi pada saat anak makan ?

Pada setiap habis makan anak yang langsung buang air besar adalah normal, hal tersebut terjadi  karena refleks gastrokolika yang masih kuat. Refleks gastrokolika adalah refleks tubuh dimana ketika lambung di isi, maka usus besar akan terangsang sehingga menimbulkan sensasi ingin buang air besar. Refleks gastrokolika inilah yang menyebabkan setelah anak makan, langsung BAB.

Apakah makanan yang dimakan langsung dikeluarkan lagi ?

Makanan yang dimakan tidak langsung keluar, makanan dari mulut sampai ke anus membutuhkan waktu 3 – 4 jam. Proses penceranaan makanan yaitu makanan masuk ke mulut kemudian ke lambung, di lambung membutuhkan waktu untuk pengosongan sekitar 2 – 3 jam, sedangkan waktu yang dibutuhkan dari usus hingga ke anus 1 jam, jadi tidak mungkin makanan yang dimakan langsung dikeluarkan.

Bagaimana dengan pendapat orang tua mengenai makanan yang dimakan langsung dikeluarkan ?

Makanan yang dimakan langsung dikeluarkan adalah presepsi yang salah dan sering sekali menjadi pertanyaan. Sebetulnya makanan yang dikeluarkan adalah makanan yang dimakan 3 jam sebelumnya, hal ini disebabkan oleh reflex normal saat makan, yaitu refleks gastrokolika,. Refleks ini memiliki keuntungan untuk anak, antaralain memiliki kemungkinan sembelit atau konstipasi yang kecil.

Bagaimana hubungannya dengan berat badan anak yang sulit naik ?

Apabila berat badan anak tidak naik, harus dicari penyebab lain yang mendasari. Karena BAB setelah makan tidak menyebabkan penurunan berat badan, penurunan berat badan tersebut bukan di dasari atas penyerapan makanan oleh usus. Selama berat badan anak naik, orang tua tidak perlu khawatir. Yang perlu diketahui adalah konsistensi feses. Konsistensi feses tergantung dari makanan, apakah cukup serat, cukup cairan.

Selama bentuk feses normal, konsistensinya seperti pasta, seperti pisang yang agak lunak, atau seperti sosis orang tua tidak perlu khawatir. Apabila konsistensinya seperti bubur atau lebih lunak lagi disebut diare, sedangkan konsistensinya yang bergumpal – gumpal, atau seperti kerikil itu merupakan terjadi gangguan pencernaan yang disebut konstipasi.

Apakah gejala ini perlu di khawatirkan ?

Gejala tersebut tidak perlu dikhawatirkan, karena normal. Yang di takutkan adalah pada anak – anak yang konstipasi fungsional yang sudah lama, berbulan – bulan atau bertahun tahun, dapat menyebabkan refleks gastrokolika hilang, disebabkan sering menahan proses defekasi. Konstipasi sering disebabkan karena trauma. Trauma defekasi pada anak, disebabkan karena tinja yang keras, sehingga menyebabkan nyeri saat defekasi, dan menimbulkan trauma. Hal ini terjadi berulang, karena nyeri maka si anak menahan BAB sehinga proses penyerapan air di usus besar terjadi terus menerus menyebabkan tinja menjadi keras. Hal ini, merupakan suatu lingkaran yang saling berkaitan, disebut lingkaran setan. Yang terjadi didalam tubuh anak pada saat menahan BAB adalah penekanan refleks gastrokolika, akhirnya menimbulkan hilangnya sensasi defekasi.

Apakah refleks gastrokolika yang hilang dapat timbul kembali ?

Refleks gastrokolika dapat dilatih dengan mengunakan Toilet Training, dilakukan dengan cara, setengah jam setelah makan, anak dibiasakan duduk di closet. Sehari pertama tidak di target. 3 – 5 menit. Dilanjutkan ber ulang.hinga timbul refleks gastrokolika. Toilet training di anjurkan pada anak usia diatas satu tahun atau anak yang sudah bisa duduk.

Makanan apa saja yang di anjurkan ?

Makanan yang dianjurkan adalah makanan untuk usia seumurnya, tidak ada makanan khusus yang dianjurkan.

Bagaimana dengan porsi yang terlalu banyak ?

Pada bayi yang terlalu banyak diberi makan atau over feeding, yang terjadi adalah muntah, bukan BAB.

Kesimpulan :

BAB setelah makan tidak dikaitkan dengan penyerapan yang kurang baik, malnutrisi atau berat badan tidak naik. Pada anak anak dengan kasus tersebut, Orangtua diwajibkan mengkonsultasikan ke dokter anak untuk mencari sebab lain. Walaupun ada komorbiditas pada anak, contohnya anak dengan gizi kurang jangan dikaitkan dengan refleks gastrokolika.

 

Penulis : dr. Bagus Budi Santoso

Narasumber/Reviewer : dr. Muzal Kadim, Sp.A (K)

Artikel ini dibuat berdasarkan wawancara dengan dr. Muzal Kadim, Sp.A (K) di Departemen IKA FKUI-RSCM, pada tanggal 18/1/2017

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.