Disentri merupakan kumpulan gejala penyakit seperti diare berdarah, lendir dalam tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja. Praktisnya, diare berdarah dapat digunakan sebagai petanda kecurigaan terhadap disentri.
Penyebab disentri adalah infeksi bakteri atau amuba. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler dan merupakan penyebab tersering disentri pada anak. Shigella dilaporkan sebagai penyebab tersering disentri basiler pada anak. Sedangkan infeksi yang disebabkan oleh amuba dikenal sebagai disentri amuba. Selain diare berdarah, anak juga mengalami demam, nyeri perut terutama menjelang buang air besar, pada pemeriksaan tinja rutin didapatkan jumlah leukosit dan eritrosit yang meningkat, dan pada pemeriksaan biakan tinja dapat dijumpai kuman penyebab. Nyeri perut saat buang air besar (tenesmus) seringkali tidak terlihat pada anak yang usianya lebih muda karena mereka umumnya belum dapat menggambarkan keluhan tersebut.
Infeksi menyebar melalui tangan, makanan maupun air yang terkontaminasi, dan biasanya terjadi pada daerah dengan kebersihan perorangan yang buruk. jumlah Shigella yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit sangat kecil. Sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri.
( Baca juga : Intoleransi Laktosa)
Disentri umumnya respon terhadap antibiotika yang sensitif terhadap shigella. Anak dipantau setelah 2 hari, untuk melihat tanda penyembuhan, antara lain tidak ada demam, frekuensi buang air besar dan volume tinja berkurang dengan jumlah darah minimal atau menghilang, dan meningkatnya selera makan. Apabila tidak ada perbaikan dalam 3 hari, harus dipikirkan keadaan lain, pertimbangan penggantian antibiotika. Bila kondisi mengkhawatirkan anak harus dirawat. Bila ada fasilitas penunjang laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan terhadap amuba pada tinja. Disentri yang lebih berat dilaporkan pada bayi yang tidak mendapat ASI dan pada anak dengan gizi kurang.
Pencegahan disentri dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, melalui kebersihan diri dan lingkungan. Kebersihan diri dimulai dengan mencuci tangan. Tak hanya tangan anak tetapi juga orangtua serta pengasuh. Kuman yang terdapat pada tangan yang sudah menjamah keberbagai tempat dapat dicegah melalui cuci tangan dengan sabun.
Anak dengan disentri bisa mengalami dehidrasi, terlebih bila tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup. Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang keluar melalui diare. Anak dengan disentri sebaiknya diberi minum yang cukup, terutama bila mereka mengalami demam. Infus diberikan bila anak mengalami dehidrasi berat atau sulit mendapat asupan makan karena hilang nafsu makan. Selama anak masih mau minum dan makan dalam jumlah cukup, infus tidak perlu diberikan.
Memang, memberi makan cukup sulit karena hilangnya nafsu makan. Makanan yang diberikan hendaknya dalam porsi sedikit namun sering. Upayakan anak agar mau makan. Pilih makanan kaya energi dan zat gizi yang disukai anak. Berikan pula satu kali makanan tambahan setiap hari dengan menu yang sama setidaknya selama 1 minggu setelah diare berhenti. Pemberian ASI sangat dianjurkan pada bayi yang mengalami disentri.
Dr. Badriul Hegar, PhD. SpA(K)
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI - RSCMIkatan Dokter Anak Indonesia