Kalau bayi Anda menangis, carilah penyebabnya. Bayi menangis karena ia merasa tidak nyaman baginya. Mungkin ia kehausan dan saatnya untuk menetek, atau barangkali ia mengompol sehingga popoknya basah, yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit sekitar genitalnya. Udara terlalu panas menimbulkan rasa gerah pada bayi. Bukalah pakaiannya, periksa apakah ada ruam atau kemerahan pada kulitnya. Alergi terhadap sesuatu juga bisa menyebabkan bayi rewel. Bila bayi menangis disertai gejala demam, muntah, atau diare, konsultasikankan segera pada dokter karena mungkin ada penyakit yang menyebabkan bayi menangis terus.
Bila Anda tidak menemukan penyebabnya dan bayi menangis terus, kemungkinan bayi Anda menderita kolik. Kolik infantil atau kolik pada bayi biasanya terjadi pada bayi berusia 2 minggu sampai 4 bulan, disebut juga sindrom 4 bulan. Bayi menangis, bisa beberapa menit, kemudian menangis lagi dan susah dibujuk. Kedua kaki dan tangan terangkat ke atas perut dengan tangan mengepal dan wajah kemerahan. Tangis terjadi sering di saat malam hari menjelang waktu tidur.
Ada beberapa penyebab yang perlu diketahui. Penelitian membuktikan pada sebagian bayi, kolik disebabkan alergi protein susu sapi. Periksalah apakah ada riwayat alergi pada keluarga dekat, seperti ayah, ibu, paman, bibi, nenek dan kakek. gejala lain yang memperkuat dugaan alergi ialah terdapatnya ruam pada kulit bayi, terutama pada kulit pipi. Kulit pipi bayi tampak seperti bersisik. Bila ada dugaan alergi, pada bayi yang mendapat ASI, ibu dianjurkan untuk tidak mengonsumsi susu sapi dan olahannya, seperti yoghurt, mentega, keju dan penganan lain yang mengandung susu. Kalau memang penyebabnya alergi susu sapi, tangis bayi akan jauh berkurang. Bila bayi minum susu formula, tersedia beberapa produk formula hipoalergenik yang dapat dikonsumsi bayi untuk sementara.
Penyebab lain adalah intoleransi laktosa. Laktosa adalah unsur karbohidrat yang terdapat di dalam ASI dan susu formula biasa. Dalam usus bayi, laktosa akan dicerna oleh enzim laktase yang terdapat pada usus bayi, menjadi glukosa dan galaktosa, yang diserap usus ke dalam sirkulasi darah untuk keperluan metabolisme tubuh. Pada sebagian bayi, karena perkembangannya belum sempurna, bisa terdapat gejala intoleransi laktosa. Bisa karena kadar enzim laktase dalam ususnya belum optimal atau karena asupan laktosa (susu) pada bayi berlebihan.
Gejala intoleransi laktosa pada bayi kolik biasanya disertai gejala sering buang air besar dengan tinja yang encer berbau asam, kulit di sekitar anus kemerahan, perut agak kembung dengan terdengar bunyi kerocok dari dalam perutnya. Fenomena ini sebetulnya masih normal alias fisiologis. Dengan bertambahnya umur bayi, gejala tersebut berangsur menghilang. Pada bayi yang minum ASI, perhatikan cara minumnya. Bayi biasanya menetek selama kira- kira 15 menit. Pada 5 menit pertama, kandungan laktosa dalam ASI tinggi, pada lima menit kedua kandungan gizinya seimbang, dan pada akhir 5 menit ketiga kandungan lemaknya tinggi yang menyebabkan bayi merasa kenyang dan menghentikan isapannya. Nah, bila gaya minum sebentar- sebentar, misalnya lima menit selesai, asupan laktosa dan ASI jadi tinggi dan menyebabkan intoleransi laktosa. Pada kondisi demikian, perbaiki cara menetek bayi. Pada bayi yang minum formula dengan gejala kolik berat, dapat dicoba pemberian formula bebas laktosa untuk sementara waktu.
(bersambung)
Penulis : Agus Firmansyah
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Artikel ini pernah dimuat di Kompas, kolom klasika, tanggal 9 Desember 2012