World Cerebral Palsy Day 2025

Tidak semua penyebab CP dapat dicegah, tetapi mengenali faktor risikonya dapat membantu orang tua lebih waspada. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya CP antara lain berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, kelahiran kembar, infeksi selama kehamilan, kuning berat (kernikterus), kondisi medis ibu , serta komplikasi saat lahir. Dengan pengawasan medis yang baik selama kehamilan dan persalinan, beberapa faktor risiko ini dapat diminimalkan.

Selain mengenali faktor risiko, penting juga untuk mengetahui tanda-tanda awal cerebral palsy agar intervensi dapat dilakukan lebih cepat. Bayi dengan CP sering kali mengalami kesulitan menyusu atau makan, mudah tersedak, atau kesulitan menelan. Mereka juga dapat menunjukkan keterlambatan perkembangan, seperti belum bisa tengkurap, duduk, atau berjalan sesuai usia. Otot bayi bisa terasa terlalu lemas atau justru terlalu kaku, dan sering kali terlihat gerakan tubuh yang tidak terkoordinasi. Beberapa anak juga tampak kesulitan menjaga keseimbangan dan postur tubuh, misalnya mudah jatuh atau tidak mampu duduk tegak tanpa bantuan. Bila tanda-tanda ini muncul, sebaiknya orang tua segera berkonsultasi dengan dokter anak atau spesialis tumbuh kembang.

Anak dengan cerebral palsy dapat menunjukkan gejala yang berbeda-beda, tergantung bagian otak yang terpengaruh. Terdapat tiga tipe utama CP, yaitu spastik, diskinetik, dan ataksik. Tipe spastik ditandai dengan otot yang kaku dan tegang, tipe diskinetik dengan gerakan tubuh yang tidak terkendali, sedangkan tipe ataksik ditandai dengan kesulitan menjaga keseimbangan dan koordinasi. Berdasarkan bagian tubuh yang terdampak, CP juga dibedakan menjadi quadriplegia (keempat anggota gerak), diplegia (terutama kedua kaki), dan hemiplegia (hanya satu sisi tubuh, kanan atau kiri).

Meski tidak dapat disembuhkan, anak dengan CP tetap dapat tumbuh dan beradaptasi dengan dukungan terapi yang tepat. Beberapa terapi yang umum diberikan antara lain fisioterapi untuk memperkuat otot dan memperbaiki koordinasi gerak, terapi okupasi untuk melatih kemampuan dalam aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian, atau menulis, serta terapi wicara untuk membantu anak berkomunikasi lebih efektif. Selain itu, obat simptomatik dapat diberikan untuk mengatasi kekakuan otot atau kondisi penyerta seperti kejang. Setiap anak dengan cerebral palsy dapat memiliki potensi dan kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya melalui dukungan keluarga, terapi rutin, serta lingkungan yang inklusif. Mari bersama kita suarakan kepedulian dan dukungan bagi penyintas cerebral palsy. #CerebralPalsyAwareness #WorldCerebralPalsyDay


UKK Neurologi IDAI 

 

 

 

 

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.