Mengenali Sepsis Pada Anak

Sepsis merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sebuah rumah sakit rujukan nasional di Indonesia melaporkan sekitar 20% - 30% pasien yang dirawat di ruang intensif dewasa maupun anak mengalami sepsis, dan untuk anak angka fatalitas dari sepsis bisa mencapai 52%.

Apakah Sepsis dan Apa Penyebabnya?
Sepsis adalah kondisi ketika infeksi memicu terjadinya rangkaian reaksi berlebihan pada tubuh sehingga merusak organ dan dapat mengancam jiwa. Saat seseorang mengalami infeksi, tubuh melepaskan berbagai zat kimia untuk melawan kuman. Namun, pada sepsis, respon ini justru merusak organ vital, seperti ginjal, paru-paru bahkan jantung. Infeksi bakteri merupakan penyebab tersering terjadinya sepsis. Tetapi sepsis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus (misalnya influenza atau COVID-19) dan jamur. Sumber infeksi paling sering memicu sepsis berasal dari paru-paru, saluran kemih, kulit/luka, atau saluran pencernaan. Tanpa pengobatan tepat waktu, sepsis dapat dengan cepat berkembang menjadi syok sepsis, yaitu keadaa dimana tekanan darah akan turun sangat rendah hingga menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan organ, dan kematian.

Siapa yang Berisiko Mengalami Sepsis?
Sepsis dapat menyerang semua kelompok usia, termasuk anak-anak. Kelompok anak yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sepsis adalah bayi dan balita, anak dengan penyakit kronis (misalnya penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal, hati, malnutrisi), anak dengan gangguan daya tahan tubuh (misalnya sedang menjalani kemoterapi atau penggunaan obat yang menekan sistem kekebalan), anak yang menggunakan alat invasif (seperti kateter urine atau jalur infus jangka panjang).

Apakah Sepsis Menular?
Sepsis tidak dapat ditularkan ke orang lain. Namun, infeksi menyebabkan sepsis dapat ditularkan.

Apa Gejala Sepsis?
Gejala sepsis pada anak sering tidak khas dan bervariasi, sehingga kadang tidak terdeteksi dengan cepat. Gejala yang ditemukan pada bayi kecil dan anak yang lebih besar juga berbeda. Gejala sepsis pada anak antara lain demam tinggi, atau suhu tubuh rendah pada bayi kecil, lemas atau cenderung tidur terus, disorientasi atau tampak kebingungan. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah detak jantung sangat cepat atau sangat lambat, kulit pucat, nafas cepat atau sesak nafas, nyeri berat, mual dan muntah, sakit kepala, buang air kecil sedikit, terdapat ruam-ruam merah keunguan yang tidak hilang saat ditekan. Pada bayi juga sering ditemukan gejala tidak mau menyusu dan ubun-ubun atau mata cekung.

Kapan Anak Sakit Harus Segera ke Rumah Sakit?
Segera bawa anak ke IGD atau Rumah Sakit jika ditemukan gejala berikut:

  • Kejang atau tidur terus menenerus dan sulit dibangunkan (penurunan kesadaran)
  • Sesak nafas, bila bernafas terdapat tarikan dinding dada
  • Demam yang disertai ruam bintik biru/merah-ungu yang tidak memudar ketika
    ditekan
  • Tanda dehidrasi berat: tidak berkemih lama (bayi > 8 jam, anak besar >12 jam),
    mata/ubun-ubun cekung, kulit sangat dingin/pucat.
  • Demam tinggi pada bayi <3 bulan, atau demam pada anak 6 bulan–3 tahun yang bertahan
    >24 jam
  • Muntah terus menerus, rewel/gelisah hebat, atau leher kaku

Pemeriksaan apa yang umumnya dilakukan di rumah sakit pada anak yang diduga mengalami sepsis?
Jika seorang anak diduga mengalami sepsis, maka saat di rumah sakit selain wawancara dan pemeriksan fisik dokter dapat melakukan pemeriksaan tambahan untuk mencari sumber infeksi dan menilai tingkat keparahan sepsis. Contoh dari pemeriksaan tambahan lain meliputi pemeriksaan darah dan urine, analisis carian otak, rontgen dada, atau USG/CT-Scan.

Bagaimana Menangani dan Mencegah Sepsis?
Kunci utama dalam keberhasilan penanganan sepsis adalah deteksi dan pengobatan dini. Semua anak yang diduga sepsis harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotika intravena, cairan infus, obat penopang tekanan darah bila diperlukan, serta pemantauan yang ketat. Pada kondisi tertentu anak mungkin memerlukan alat bantu nafas, tranfusi darah, dan tindakan medis lain.

Cara terbaik untuk menghindari bahaya sepsis pada anak adalah dengan mencegah terjadinya infeksi. Sehingga cara pencegahan utama adalah dengan melengkapi vaksinasi sesuai jadwal, menjaga kebersihan lingkungan, membiasakan perilaku hidup bersih (termasuk mencuci tangan secara rutin), menghindari kontak dengan orang yang sakit infeksi, memastikan anak mendapat nutrisi yang cukup, dan segera memeriksakan anak bila ada gejala infeksi yang tidak membaik atau semakin berat. Upaya-upaya pencegahan tersebut tidak hanya dapat mencegah sepsis tetapi juga dapat mencegah penyakit infeksi lainnya.

Penulis:
dr. Ariesti Karmila, M.Kes, Sp.A(K), Ph.D

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.