Obyektif
- Mampu menegakkan diagnosis nyeri kepala primer dan. sekunder
- Mampu mengenal keadaan berbahaya pada nyeri kepala
- Mampu merencanakan dan menginterpretasi pemeriksaan yang diperlukan
- Mampu memberi pengobatan pada kasus yang tidak perlu dirujuk
Nyeri kepala merupakan keluhan yang sangat sering ditemukan pada anak dan remaja. Seringkali dokter merasa bingung menghadapi keluhan tersebut,1,2 kemudian menyelesaikan masalah dengan melakukan pemeriksaan pencitraan dan EEG, yang sebenarnya kurang tepat karena sebagian besar menunjukkan hasil yang normal.3-5 Dalam makalah ini akan dibahas mengenai diagnosis nyeri kepala primer dan sekunder yang sering ditemukan pada anak dan remaja, bagaimana mengenal keadaan berbahaya, indikasi melakukan pemeriksaan penunjang, dan melakukan pengobatan terhadap nyeri kepala. Tidak dilakukan pembahasan rinci, karena sudah pernah disampaikan sebelumnya.6
Epidemiologi
Data dari berbagai penelitian retrospektif menunjukkan bahwa nyeri kepala generik ditemukan pada 37-51% anak berumur 7 tahun, dan meningkat menjadi 57-82% anak berumur 15 tahun.7 Di antara semua nyeri kepala pada anak, migren dan tension-type headache (TTH) menunjukkan prevalensi paling tinggi. Prevalensi migren adalah 3% pada anak pra sekolah, 4-11% pada anak usia sekolah dasar, dan 8-23% pada anak sekolah menengah,8 sedangkan prevalensi TTH adalah 30-78%.9
Klasifikasi nyeri kepala
Klasifikasi nyeri kepala telah diterbitkan oleh International Headache Society dengan revisi pada tahun 2005.9 Dalam klasifikasi tersebut, jumlah diagnosis nyeri kepala mencapai puluhan macam. Klasifikasi rinci dapat dilihat pada http://216.25.88.43/upload/CT_Clas/ICHD-IIR1final.pdf
Nyeri kepala dibedakan menjadi nyeri kepala primer yang terdiri dari migren, tension-type headache (TTH), cluster headache dan nyeri kepala sekunder yang disebabkan penyakit lain. Di antara sekian banyak jenis nyeri kepala, yang terpenting bagi dokter anak adalah migren, tension-type headache, dan nyeri kepala sekunder disebabkan infeksi intrakranial, massa intrakranial dan trauma kepala.
Beberapa jenis nyeri kepala yang penting
Migren
Pada anak, migren dapat menujukkan manifestasinya dalam beberapa bentuk, yaitu migren tanpa aura (common migraine), migren dengan aura (classic migraine), dan sindrom periodik yang merupakan prekursor migren.8 Migren pada remaja akan menetap pada 41,8% kasus, mengalami remisi pada 38,2% kasus dan berubah menjadi TTH pada 20% kasus.10
Migren tanpa aura
Merupakan jenis migren yang paling sering ditemukan. Ciri khasnya adalah nyeri kepala dengan adanya interval bebas gejala. Nyeri kepala terasa berdenyut, yang kadang sulit dijelaskan oleh anak. Migren disertai gejala otonom berupa mual dan muntah, dan diperberat oleh aktivitas fisik. Gejala mual dan muntah tersebut juga menyebabkan gangguan aktivitas yang bermakna.
Untuk anak telah dibuat modifikasi kriteria diagnosis yaitu: lama serangan antara 1-72 jam, lokasi bilateral atau bifrontal pada umur kurang dari 15 tahun dengan catatan apabila lokasi oksipital harus dicari kemungkinan penyebab lain, dan adanya fotofobia serta fonofobia yang terlihat dengan perubahan perilaku, misalnya masuk ke dalam kamar yang gelap dan sepi.9 Adanya ketentuan tidak disebabkan hal lain menunjukkan bahwa diagnosis banding lain harus disingkirkan.
Migren dengan aura
Gejala aura disebabkan depolarisasi neuron di satu tempat dan oligemia sesuai dengan teori cortical spreading depression. 6,8,11,12 Aura visual yang sering ditemukan adalah gangguan visus bilateral dengan skotoma (77%), distorsi atau halusinasi (16%) dan gangguan visus monokuler atau skotoma (7%).
Sindrom periodik
Benign paroxysmal vertigo
Benign paroxysmal vertigo muncul berupa ataksia dan gangguan keseimbangan. Anak takut bergerak karena kehilangan keseimbangan. Dapat disertai nistagmus atau anak menjadi pucat. Gejala membaik dengan tidur. Beberapa diagnosis banding yang harus difikirkan misalnya gangguan telinga,13 tumor fosa posterior.8,14 atau sindrom Panayitopoulos.15
Cyclic vomiting
Cyclic vomiting dapat menyerupai penyakit gastrointestinal, neurologis atau metabolik. Ciri khas dari cyclic vomiting adalah keadaan anak yang normal pada periode bebas serangan. Muntah terjadi setiap 2-4 minggu, biasanya saat bangun tidur pagi dan berlangsung selama 1-2 hari. Umur awitan sekitar 5 tahun. Sebagian anak sembuh sendiri pada umur 10 tahun.8 Keadaan ini sering ditafsirkan sebagai penolakan untuk masuk sekolah.
Migren abdominal
Keadaan ini mungkin sering ditemukan, namun jarang didiagnosis. Dapat dianggap sebagai penolakan untuk masuk sekolah. Kunci untuk mengenalnya adalah adanya pola berulang, dan menyingkirkan penyakit gastrointestinal dan ginjal.
Nyeri Kepala pada Anak dan Remaja
Tension-type headache (TTH)
Dahulu diduga bahwa TTH disebabkan faktor psikologis, namun ternyata dasarnya adalah neurobiologis. TTH dibagi dalam TTH episodik jarang, TTH episodik sering dan TTH kronik. Masing2 keadaan tersebut dapat disertai atau tanpa disertai nyeri perikranial.9,16-18
Pada anak seringkali sulit membedakan TTH dengan migren. Dalam menegakkan diagnosis TTH, beberapa kriteria migren merupakan faktor eksklusi. TTH tidak menunjukkan nyeri yang berdenyut, tidak unilateral, tidak menjadi makin berat bila beraktivitas, dan tidak menunjukkan gejala otonom berupa mual dan muntah.17,18
Patofisiologi TTH belum diketahui. Tipe kronik mungkin merupakan akibat mekanisme sentral sedangkan tipe episodik merupakan akibat mekanisme perifer. Tipe episodik jarang biasanya tidak menimbulkan masalah serius, namun tipe episodik sering dan kronik sering menyebabkan gangguan bermakna bagi anak.16
Adanya nyeri pada penekanan otot perikranial sangat membantu diagnosis. Nyeri meningkat dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala. Penekanan dilakukan dengan jari telunjuk dan jari tengah, dengan gerakan memutar pada otot frontal, temporal, masetter, pterygoideus, splenius dan trapezius.9
TTH episodik sering dan TTH kronik dapat terjadi bersamaan dengan migren tanpa aura. Kedua keadaan ini harus dibedakan karena
pengobatannya berbeda.9 Dalam perjalanan penyakit alamiah, migren dapat berubah menjadi TTH.10
Cluster headache
Muncul sebagai nyeri unilateral di daerah orbita, supraorbita, temporal atau kombinasi. Serangan berlangsung 15-180 menit dan muncul sekali dua hari sampai 8 kali per hari. Serangan disertai gejala unilateral berupa injeksi konjungtiva, lakrimasi, kongesti hidung, rinorea, berkeringat pada dahi dan wajah, miosis, ptosis, dan edema kelopak mata.9,19Sebagian besar penderita menunjukkan agitasi selama serangan. Cluster headache jarang ditemukan pada anak, awitan paling sering adalah pada umur lebih dari 20 tahun.19
Nyeri kepala sekunder
Di antara berbagai penyebab nyeri kepala sekunder, yang paling penting adalah nyeri kepala disebabkan tumor otak dan nyeri kepala disebabkan meningitis.
Nyeri kepala karena peninggian tekanan intrakranial dan/ atau hidrosefalus yang disebabkan oleh tumor otak
Berdasarkan lokasinya, tumor otak dapat terjadi supratentorial atau infratentorial. Tumor supratentorial menunjukkan gejala nyeri kepala, kelumpuhan dan kejang, sedangkan tumor infratentorial sering disertai gejala saraf otak dan gejala serebelum. Analisis terhadap 200 anak dengan tumor otak menunjukkan gejala sakit kepala (41%), muntah (12%), ketidak-seimbangan (11%), gangguan visual (10%), gangguan perilaku (10%) dan kejang (9%). Pada pemeriksaan fisis ditemukan edema papil (38%), gangguan saraf kranial (49%), gangguan serebelum (48%), kelumpuhan (27%) dan penurunan kesadaran (12%).20
Nyeri kepala karena tumor otak biasanya tidak berdenyut, bersifat progresif yaitu makin lama makin sering dan makin berat. Seringkali disertai muntah. Lokasinya sering menetap di satu daerah. Nyeri sering terjadi pada saat bangun tidur pagi hari, dan diperburuk oleh manuver Valsava berupa batuk, bersin, atau mengejan. Nyeri juga diperburuk dengan aktivitas fisik.21
Nyeri kepala karena infeksi susunan saraf pusat terutama meningitis
Pada meningitis bakterialis, nyeri kepala ditandai gejala infeksi, gejala rangsang meningeal dan gejala serebral berupa kejang atau kelumpuhan.22
Nyeri Kepala pada Anak dan Remaja
Anak besar dengan meningitis tuberkulosa dapat menunjukkan gejala nyeri kepala berat sebelum munculnya gejala serebral lain dan gejala rangsang meningeal.23 Berbeda dengan peninggian tekanan intrakranial lain, pada meningitis tuberkulosa sering ditemukan atrofi papil N. II karena saraf otak ke II terkena langsung.24 Gejala abses otak mirip dengan tumor otak ditambah gejala infeksi.
Nyeri kepala pasca trauma
Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau nyeri kronik. Nyeri akut dapat terjadi setelah trauma yang menyebabkan ringan atau trauma berat.25 Trauma berat dapat menyebabkan perdarahan otak, perdarahan subdural atau epidural. Nyeri kepala setelah trauma bisanya merupakan bagian dari sindrom pasca trauma yang meliputi dizziness, kesulitan konsentrasi, gelisah, perubahan kepribadian dan insomnia.26
Pemeriksaan pada nyeri kepala
Anamnesis dan pemeriksaan fisis
Anamnesis merupakan hal mutlak dan paling penting dalam menegakkan diagnosis, karena sebagian besar nyeri kepala tidak menunjukkan kelainan dalam pemeriksaan fisis dan pencitraan.27 Semua hal yang tercantum dalam kriteria diagnosis harus ditanyakan. Anak-anak seringkali belum dapat mendeskripsikan rasa nyeri dengan baik, sehingga harus ditanyakan kepada orang tua mengenai perubahan perilaku yang terlihat saat serangan nyeri kepala.
ID-migraine merupakan instrumen skrining migren pada orang dewasa yang mudah diaplikasi pada anak. Validitas id-migraine telah dilakukan pada orang dewasa dengan sensitivitas sebesar 70,9% dan spesifisitas sebesar 79,1%.28
Pemeriksaan fisis khusus untuk nyeri kepala misalnya penekanan pada otot-otot perikranium untuk mendeteksi TTH.16,18,29 Selain itu, pemeriksaan fisis ditujukan untuk menyingkirkan penyebab nyeri kepala sekunder, misalnya tekanan darah, pemeriksaan gerak bola mata dan saraf kranialis, funduskopi, fungsi serebelum berupa keseimbangan dan lainnya, serta kelumpuhan, refleks fisiologis dan refleks patologis.
Pencitraan
Kemungkinan ditemukannya kelainan susunan saraf pusat pada nyeri kepala kronk dengan pemeriksaan neurologis normal hanya 1 di antara 815 anak (0,37%)30 Pencitraan tidak perlu dilakukan pada anak dengan nyeri kepala berulang tanpa kelainan neurologis.7,30,31 Kemungkinan SOL harus dicurigai pada sakit kepala yang baru berlangsung kurang dari 1 bulan, tidak adanya riwayat keluarga migren, pemeriksaan neurologis abnormal, gangguan gait, dan adanya kejang.7
Pencitraan dilakukan pada keadaan berikut:31
Nyeri kepala akut:
- Nyeri kepala sangat berat yang belum pernah dialami sebelumnya
- Demam dan gejala rangsang meningeal
- Riwayat trauma kepala
Nyeri kepala kronik
- Nyeri kepala menetap selama kurang dari 6 bulan yang tidak memberi respons terhadap pengobatan
- Nyeri kepala kronis progresif, makin sering dan makin berat
- Nyeri kepala disertai gejala neurologis abnormal, terutama bila disertai edema papil, nistagmus, gangguan gerak bola mata, gangguan gait, dan gangguan motorik berupa kelumpuhan atau adanya refleks patologis
- Nyeri kepala menetap tanpa adanya riwayat keluarga migren
- Nyeri kepala menetap disertai episode bingung, disorientasi, atau muntah
- Nyeri kepala menyebabkan anak terbangun dari tidur atau terjadi pada saat bangun tidur (dapat juga terjadi pada migren)
- Riwayat keluarga atau riwayat medis, pemeriksaan klinis atau laboratorium yang merupakan predisposisi lesi susunan saraf pusat
Elektroensefalografi
EEG tidak direkomendasikan pada anak dengan nyeri kepala berulang, karena hasilnya tidak dapat digunakan untuk menentukan etiologi, membantu diagnosis, atau membedakan migren dengan nyeri kepala lain. 5,31
Terapi pada nyeri kepala
Migren
Tujuan penatalaksanaan adalah penatalaksanaan menyeluruh jangka panjang untuk mengurangi frekuensi, berat dan lama serangan; memberi terapi yang terbaik; mencegah pengobatan berlebihan; dan memperbaiki kualitas hidup dari pasien.8,32 Untuk menilai beratnya migren dapat digunakan PedMIDAS yang dapat diunduh dari http://www.cincinnatichildrens.org/svc/alpha/h/headache/pedmidas.htm33 dan untuk menilai dampak migren terhadap kualitas hidup dapat digunakan Pediatric Quality of Life Inventory, yang dapat diunduh dari http://www.pedsql.org/ 32
Terapi obat pada migren dapat dibagi menjadi terapi untuk mengatasi serangan akut dan terapi profilaksis untuk mencegah munculnya serangan. Banyak obat yang dapat digunakan pada orang dewasa belum mendapat ijin untuk digunakan pada anak sehingga penggunaannya masih bersifat off-label. Selain itu, pada migren banyak dikenal terapi komplementer dan alternatif, misalnya intervensi psikologis, perubahan gaya hidup, relaksasi, bio-feedback, diet dan lain-lain.32
Terapi serangan migren akut
Tujuan terapi akut adalah menghilangkan nyeri dan gejala lain dengan cepat dan efektif sehingga pasien dapat beraktivitas kembali. Obat harus diberikan pada saat pasien mulai merasa ada gejala. Bila gejala migren sudah mencapai puncaknya, pengobatan menjadi sangat sulit. Serangan ringan hanya memerlukan satu macam analgetik sedangkan serangan berat memerlukan terapi kombinasi.34,35
Obat yang sering digunakan bagi pengobatan migren pada remaja adalah NSAID terutama ibuprofen, asetaminofen, triptan dan dihydroergotamine. Beberapa obat lain misalnya Ca-channel blocker, isometheprene, metoclopramide dan prochlorphenazine.32
American Academy of Neurology 36 telah mengeluarkan rekomendasi untuk pengobatan serangan akut migren pada anak sebagai berikut :
- Ibuprofen efektif untuk mengatasi migren.
Parasetamol mungkin efektif. - Sumatriptan spray nasal efektif bagi remaja.
- Triptan oral dan triptan subkutan: tidak ada data untuk menerima atau menolak penggunaannya pada anak atau remaja.
Banyak peneliti menggunakan terapi kombinasi sejak awal. Obat yang bermanfaat bagi terapi kombinasi adalah gabungan NSAID dan triptan.34 Suatu hal yang dikuatirkan pada terapi migren adalah penggunaan obat terapi serangan akut yang berlebihan.
Terapi profilaksis migren
Indikasi terapi profilaksis adalah: 37-39
- Sering mengalami serangan akut (2-4 kali setiap bulan) yang cukup berat yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Mengalami serangan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam.
- Mengalami gangguan fungsi walaupun sudah mendapat pengobatan akut yang adekuat.
- Mengalami ko-morbiditas atau keadaan lain yang menyulitkan pengobatan akut.
- Kegagalan, kontraindikasi, atau efek samping obat terapi akut
- Mempunyai risiko menggunakan obat terlalu banyak
- Tipe migren yang jarang dan sulit diobati, misalnya migren hemiplegik, migren basilar, migren dengan aura yang lama, migren dengan infark, atau ada risiko kerusakan saraf permanen.
Terapi profilaksis diberikan tiap hari untuk waktu yang lama. Berapa lamanya tidak ada kesesuaian pendapat, umumnya selama 3-6 bulan. Diperlukan waktu beberapa minggu sebelum terapi profilaksis dapat bekerja baik sehingga jangan terlalu cepat menilai bahwa terapi profilaksis gagal. Penghentian obat harus perlahan-lahan untuk mengurangi kemungkinan relaps dan withdrawal.
Jenis obat yang telah diteliti terbukti memberi manfaat untuk terapi profilaksis adalah:8,37,38
- Antikonvulsan misalnya y ysodium valproate, topiramate
- Antidepresan trisiklik misalnya yamitriptyline
- Antihistamin misalnya ycyproheptadine
- Ca-channel blockery y misalnya flunarizine
- Antihipertensi misalnya ypropanolol
Cyclic vomiting
Terapi berupa pencegahan dehidrasi dan obat. Obat yang banyak digunakan adalah:40
- Ondansetron y(0.3-0.4 mg/kg/iv atau 4-8 mg oral)
- Promethaziney y (0.25-0.5 mg/kg/dosis iv atau oral)
- Metoclopramide y(1-2 mg/kg sampai 10 mg, dua kali per hari iv atau oral)
- Prochlorperaziney y (2.5-5 mg dua kali per hari iv)
Seringkali diperlukan sedasi dengan lorazepam 0.05-0.1 mg/kg sampai 5 mg atau diphenhydramine 0.25-1 mg/kg.
Tension-type headache
Obat terpilih untuk TTH adalah ibuprofen, disusul naproxen dan ketoprofen.16,18
Ringkasan
Diperlukan pengetahuan mengenai klasifikasi diagnosis, kemampuan anamnesis dan pemeriksaan neurologis untuk menegakkan diagnosis nyeri kepala pada anak. Pemeriksaan penunjang pencitraan dan EEG hanya atas indikasi dan bukan merupakan yang rutin dilakukan. Pemilihan obat harus sesuai dengan diagnosis dan indikasi, sambil memperhatikan kemungkinan efek samping dan kemungkinan penggunaan obat berlebihan.
Daftar Pustaka
- Ridsdale L, Clark LV, Dowson AJ, Goldstein LH, Jenkins L, McCrone P, et al. 1. How do patients referred to neurologists for headache differ from those managed in primary care? Br J Gen Pract. 2007;57:388-95.
- Kernick D, Stapley S, Hamilton W. GPs classification of headache: is primary 2. headache underdiagnosed? Br J Gen Pract. 2008;58:102-4.
- Lewis DW, Dorbad D. The utility of neuroimaging in the evaluation of children 3. with migraine or chronic daily headache who have normal neurological examinations. Headache. 2000;40:629-32.
- Evans RW, Lewis DW. Is an MRI scan indicated in a child with new-onset 4. daily headache? Headache. 2001;41:905-906.
- American Academy of Neurology. Practice Parameter: The 5. electroencephalogram in the evaluation of headache. Neurology. 1995;45:1263-7.
- Pusponegoro HD. Migren pada anak. Dalam: Gunardi H, Oswari H, Handriastuti RS, Kurniati N, editor. Pain management in children.Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2006.
- Lewis DW, Ashwal S, Dahl G, Dorbad D, Hirtz D, Prensky A, et al. Practice 7. parameter: evaluation of children and adolescents with recurrent headaches: report of the quality standards subcommittee of the american academy of neurology and the practice committee of the child neurology society. Neurology. 2002;59:1-3.
- Lewis DW. Pediatric migraine. Neurol Clin. 2009;27:481-501.8.
- Silberstein SD, Olesen J, Bousser MG, Diener HC, Dodick D, First M, et al. The 9. International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition (ICHD-II). Cephalalgia. 2005;25:460-5.
- Monastero R, Camarda C, Pipia C, Camarda R. Prognosis of migraine headaches 10. in adolescents: a 10-year follow-up study. Neurology. 2006;67:1353.
- Vanmolkot FH, Van Bortel LM, de Hoon JN. Altered arterial function in 11. migraine of recent onset. Neurology. 2007;68:1563-70.
- Goadsby PJ. Pathophysiology of migraine. Neurol clin. 2009;27:335-60.12.
- Strupp M, Brandt T. Diagnosis and treatment of vertigo and dizziness. 13. 2008;105:173-80.
- Wilne S, Collier J, Kennedy C, Koller K, Grundy R, Walker D. Presentation 14. of childhood CNS tumours: a systematic review and meta-analysis. Lancet Oncol. 2007;8:685-95.
- Morin L, Smail A, Mercier J, Titomanlio L, Elkind MS. Clinical Reasoning: A 15. child with pulsatile headache and vomiting. American Academy of Neurology. 2009;72:e69-e71.
- Anttila P. Tension-type headache in childhood and adolescence. Lancet 16. Neurol. 2006;5:268-74.
- Cuvellier JC, Couttenier F, Joriot-Chekaf S, Vallée L. Chronic daily headache 17. in French children and adolescents. Pediatr Neurol. 2008;38:93-8.
- Fumal A, Schoenen J. Tension-type headache: current research and clinical 18. management. Lancet Neurol. 2008;7:70-83.
- Leroux E, Ducros A. Cluster headache. Orphanet J Rare Dis. 2008;3:20.19.
- Wilne S. The presenting features of brain tumours: A review of 200 cases. 20. Arch Dis Child. 2006;91:502-6.
- Rangel-Castilla L, Gopinath S, Robertson CS. Management of intracranial 21. hypertension. Neurol Clin. 2008;26:521-41.
- Fitch MT, Abrahamian FM, Moran GJ, Talan DA. Emergency department 22. management of meningitis and encephalitis. Infect Dis Clin North Am. 2008;22:33-52.
- Moon S, Son J, Chang W. A Case of Oculomotor Nerve Palsy and Choroidal 23. Tuberculous Granuloma Associated with Tuberculous Meningoencephalitis. Korean J Ophthalmol. 2008;22:201.
- Pusponegoro HD. Tuberculous meningitis in children. Problems in diagnosis 24. and management. Paper presented at the 9th Asia Oceania Association of Child Neurology Congress. Cebu, Phillipines, 2006
- Sakellaris G, Nasis G, Kotsiou M, Tamiolaki M, Charissis G, Evangeliou A. 25. Prevention of traumatic headache, dizziness and fatigue with creatine administration. A pilot study. Acta Paediatr. 2008;97:31-34.
- Da Dalt L, Andreola B, Facchin P, Gregolin M, Vianello A, Battistella PA. 26. Characteristics of children with vomiting after minor head trauma: a case-control study. J Pediatr. 2007;150:274-278.
- McConaghy JR. Headache in primary care. Prim Care. 2007;34:83-97.27.
- Siva A, Zarifoglu M, Ertas M, Saip S, Karli HN, Baykan B, et al. Validity of the 28. ID-Migraine screener in the workplace. Neurology. 2008;70:1337-45.
- Lipchik GL, Holroyd KA, France CR, Kvaal SA, Segal D, Cordingley GE, et al. 29. Central and peripheral mechanisms in chronic tension-type headache. Pain. 1996;64:467-75.
- Abu-Arafeh I. Serious neurological disorders in children with chronic 30. headache. Arch Dis Child. 2005;90:937-40.
- Evans RW. Diagnostic Testing for Migraine and Other Primary Headaches. 31. Neurol Clin. 2009;27:393-415.
Kabbouche M, Gilman D. Management of migraine in adolescents. - Neuropsychiatr Dis Treat. 2008;4:535.
Hershey AD, Powers SW, Vockell AL, LeCates SL, Segers A, - Kabbouche MA. 33. Development of a patient-based grading scale for PedMIDAS. Cephalalgia. 2004;24:844-9.
- Krymchantowski AV. The use of combination therapies in the acute 34. management of migraine. Neuropsychiatr Dis Treat. 2006;2:293-297.
- Tepper SJ, Spears RC. Acute Treatment of Migraine. Neurol Clin. 2009;27:417-35. 427.
- Sillberstein SD. Practice parameter: Evidence-based guidelines for migraine 36. headache (an evidence-based review): report of the Quality Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology. Neurology. 2000;55:754-62.
- Garza I, Swanson JW. Prophylaxis of migraine. Neuropsychiatr Dis Treat. 37. 2006;2:281-91.
- Modi S, Lowder DM. Medications for migraine prophylaxis. Am Fam 38. Physician. 2006;73:72-8.
- DAmico D, Tepper SJ. Prophylaxis of migraine: general principles and patient 39. acceptance. Neuropsychiatr Dis Treat. 2008;4:1155-67.
- Fleisher D, Gornowicz B, Adams K, Burch R, Feldman E. Cyclic vomiting 40. syndrome in 41 adults: the illness, the patients, and problems of management. BMC Med. 2005;3:20.
Penulis : Hardiono D. Pusponegoro
Sumber : Buku The2nd Adolescent Health National Symposia: Current Challenges in Management
Artikel Lainnya:
Nyeri Dada pada Anak, Berbahayakah?
Aman Naik Pesawat Sambil Membawa Bayi dan Balita
Cedera Kepala pada Anak di Rumah: Kapan ke Dokter?