Waspada Gejala Pucat pada Bayi Akibat Defisiensi Besi

HANI, 30 tahun seolah tidak percaya ketika bayinya, Azka, yang berusia 9 bulan, menderita anemia. Bagaimana tidak, selama ini Hani sangat memperhatikan tumbuh kembang anaknya. Ketika kontrol untuk imunisasi dokter anak yang memeriksa menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan darah karena Azka tampak pucat dan ternyata kadar hemoglobin (Hb) Azka 8 g/dl, jauh di bawah nilai normal yaitu 11 g/dl.

Mengapa bayi seusia Azka dapat mengalami penurunan kadar Hb atau anemia? Anemia yang terjadi pada Azka dapat disebabkan berkurangnya produksi sel darah merah (eritrosit) karena kurangnya besi sebagai bahan baku yang diperlukan dalam proses pembentukan sel darah merah. Besi adalah suatu mikronutrien yang sangat diperlukan tidak hanya untuk pembentukan sel darah merah, tetapi juga sangat berperan dalam imunitas (kekebalan) tubuh , mielinisasi otak, dan proses metabolisme. 

Sebagian besi di dalam tubuh digunakan untuk pembentukan sel darah merah yang berguna untuk mengangkut oksigen dan mengalirkan zat makanan yang diperlukan ke seluruh tubuh. Jika kadar besi di dalam tubuh tidak mencukupi, secara bertahap akan terjadi penurunan kadar Hb. Cadangan besi di dalam tubuh disimpan di hati dan akan diigunakan jika tubuh mulai kekurangan besi. Tahap ini disebut deplesi besi yang merupakan tahap awal kekurangan besi. Jika kekurangan besi tahap ini tidak diatasi , selanjutnya akan terjadi defisiensi besi, yaitu besi yang beredar ke seluruh tubuh mulai berkurang dan lambat laun akan terjadi penurunan kadar Hb karena jumlah besi tidak mencukupi untuk membentuk sel darah merah.

Mengapa bayi Azka sampai kekuranga besi? Bayi merupakan kelompok populasi yang rentan terhadap masalah ini karena pada masa bayi akan terjadi proses pertumbuhan yang sangat cepat sehingga memerlukan asupan nutrisi yang cukup termasuk zat besi. Pada bayi yang lahir cukup bulan, cadangan besi bayi yang berasal dari ibu akan habis dalam waktu 4 bulan, sedangkan bayi kurang bulan, cadangan besi akan habis dalam waktu 2 bulan. Oleh karena itu, penting asupan nutrisi yang kaya besi setelah bayi mulai mengenal makanan padat. Selain itu, kondisi ibu saat hamil terhadap kecukupan besi sangat mempengaruhi cadangan besi bayi yang dilahirkan.

Pada kasus Azka, ternyata hamil Hani jarang mengonsumsi makanan yang banyak mengandung besi, seperti daging merah, ati ayam/sapi dan protein hewani lainnya. Selain itu, ia tidak teratur meminum tablet tambah besi yang diberikan oleh dokter kandungannya. Kondisi ini tentu sangat mempengaruhi jumlah cadangan besi pada Azka, ditambah Azka juga tidak mendapat asupan nutrisi yang banyak mengandung besi. Kondisi kekurangan besi saat hamil sangat mempengaruhi cadangan besi pada bayi sehingga pada kasus seperti Azka seharusnya sudah lebih awal mendapat suplementasi besi dan makanan yang banyak mengandung besi.

Setelah dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium terbukti bahwa penyebab anemia bayi Azka karena kekurangan besi, perlu diberikan suplementasi besi dan edukasi terhadap ibu untuk memperbaiki asupan nutrisi dengan bahan makanan yang banyak mqengandung besi. Defisiensi besi yang terjadi pada masa bayi harus segera diatasi karena berdampak pada tumbuh kembangnya. Penting mengenali sejak awal risiko terjadinya defisiensi besi pada bayi seperti riwayat anemia saat ibu hamil, bayi lahir kurang bulan atau asupan nutrisi yang kurang mengandung besi terutama setelah bayi mulai mendapat makanan padat. Konsultasikan segera ke dokter/dokter spesialis anak terdekar untuk memastikan apakah bayi perlu mendapat suplementasi besi.

Penulis : Murti Andriastuti

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Artikel ini pernah dimuat di KLASIKA, KOMPAS, 9 Oktober 2016

 

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.